Rabu, 22 September 2010

PERBEDAAN KALVINIS DENGAN NON-KALVINIS

0 komentar
PERBEDAAN KALVINIS DENGAN NON-KALVINIS
Bagian 1: Jika manusia harus beriman agar selamat, apakah berarti ia punya andil dalam keselamatan?
Oleh Dr. Steven E. Liauw
Ketika mendiskusikan mengenai masalah Kalvinisme, banyak terjadi salah pengertian dan debat kusir, karena tidak mengerti inti perbedaan satu pandangan dengan lainnya. Akibatnya, kedua belah pihak ngotot pada posisinya masing-masing, dan saling menyalahkan, bahkan tanpa benar-benar mengerti apa yang dimaksud oleh pihak lawan. Tentu, ini diperparah ketika suatu istilah dipakai dengan dua  pengertian yang berbeda, sehingga diskusi tidak pernah mencapai titik temu. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui, di mana letak perbedaan yang sebenarnya, antara seorang Kalvinis dengan seorang non-Kalvinis. Seri ini akan membahas satu-persatu, perbedaan-perbedaan krusial antara Kalvinis dengan non-Kalvinis. Ada cukup banyak perbedaan, tetapi saya akan fokus kepada satu perbedaan di setiap seri.
Pertama-tama, sebelum membahas perbedaan, kita perlu melihat dulu, tentang persamaan mereka. Kalvinis maupun non-Kalvinis (yang Alkitabiah) percaya Alkitab sebagai Firman Allah dan standar kebenaran. Keduanya percaya bahwa keselamatan didasarkan pada karya pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib, menggantikan manusia. Keduanya percaya bahwa keselamatan hanyalah karena kasih karunia, tanpa ada jasa atau usaha manusia di dalamnya.
Mungkin di sinilah Kalvinis mulai protes, dan menegaskan bahwa non-Kalvinis sedikit banyak mengandalkan jasa/usaha manusia untuk masuk Surga. Tetapi, itu tidak benar. Semua orang yang Alkitabiah akan mengatakan bahwa keselamatan tidaklah tergantung pada jasa/usaha manusia. Letak perbedaan sebenarnya adalah: KALVINIS MENGANGGAP IMAN PERCAYA SEBAGAI SUATU JASA/USAHA, SEDANGKAN NON-KALVINIS MENGATAKAN BAHWA IMAN PERCAYA BUKANLAH USAHA.

Inilah salah satu poin perbedaan mendasar antara Kalvinis dengan non-Kalvinis. Bagi orang-orang Alkitabiah, keselamatan adalah karena kasih karunia, oleh iman (Ef. 2:8). Artinya, tidak ada suatu apapun dalam diri manusia yang membuat dia pantas diselamatkan. Keselamatan adalah sepenuhnya kasih karunia. Tuhan menyelamatkan manusia bukan karena dia baik (manusia sudah bobrok dalam dosa), bukan karena dia hebat, bukan karena dia memiliki suatu hal yang menarik, bahkan bukan karena dia memiliki iman. Iman bukan dasar dari keselamatan. Kasih karunia adalah dasar dari keselamatan. Allah menyelamatkan manusia, semata-mata karena Ia berbelas kasihan, dan menaruh kasih kepada manusia.
Namun demikian, Alkitab juga tegas mengatakan, bahwa keselamatan itu adalah oleh iman. Artinya, iman adalah syarat dari keselamatan. Tuhan memutuskan untuk memberi keselamatan kepada manusia atas dasar kasih karunia, tetapi Tuhan menuntut syarat, yaitu iman. Harus dibedakan apa itu DASAR dan apa itu SYARAT.
ILUSTRASI: Ada seorang yang kaya dan baik hati, tinggal di rumahnya yang megah. Dia lalu melihat bahwa ada sejumlah anak-anak gelandangan yang tidak memiliki rumah, setiap hari tidur di bawah jembatan tidak jauh dari rumahnya. Ia lalu berbelas kasihan kepada mereka dan memutuskan untuk memberikan tempat tinggal yang layak kepada mereka. Ia memanggil mereka, lalu berkata: barangsiapa yang mencuci mobil saya, akan saya berikan tempat tinggal yang layak. Nah, di sini kita melihat, bahwa bagi seorang gelandangan yang mendapat rumah, DASAR kebahagiaannya adalah belas kasihan dari si orang kaya. Tetapi, SYARATnya adalah mencuci mobilnya. Mencuci mobil bukanlah alasan mengapa orang kaya itu mau memberikan rumah kepada anak gelandangan. Toh, mencuci mobil tidak sebanding dengan harga rumah yang akan dia berikan. Orang kaya itu sudah memiliki ALASAN/DASAR untuk memberi rumah, barulah ia mengajukan SYARAT bagi para gelandangan. ALASANnya adalah belas kasihannya, SYARAT yang dia ajukan adalah “mencuci mobilnya.” Jadi, DASAR berbeda dengan SYARAT.
Nah, kembali ke realita, Allah menyelamatkan manusia dengan DASAR kasih karuniaNya (ini adalah alasan Allah), dengan syarat manusia itu harus beriman/percaya. Efesus 2:8 menyatakan hal ini: “Sebab KARENA (alasan) kasih karunia kamu diselamatkan OLEH (syarat/cara) iman…”
Mungkin ada yang berkata: “Nah, bukankah seperti dalam ilustrasi tadi, jika ada SYARAT mencuci mobil, maka berarti perlu andil/usaha untuk mendapatkan kasih karunia itu.” Benar! Kalau syaratnya adalah “mencuci mobil,” maka ada usaha manusia. Bahkan, syarat apapun yang diajukan, mengimplikasikan adanya usaha manusia, kecuali satu syarat: percaya/beriman atau menerima.(1)
Tetapi, disinilah letak perbedaan Kalvinis dan non-Kalvinis. Kalvinis bersikukuh, bahwa jika manusia diharuskan untuk menerima kasih karunia agar selamat, maka artinya manusia memiliki andil dalam keselamatan. Manusia lalu bisa menyombongkan diri, bahwa adalah karena jasa-jasanya ia selamat. Oleh karena itu, DALAM THEOLOGI KALVINIS, IMAN BUKAN SYARAT KESELAMATAN, IMAN ADALAH HASIL DARI KESELAMATAN! Menurut Kalvinis, manusia tidak menerima kasih karunia, barulah ia lahir baru, justru ia bisa menerima/percaya karena ia sudah dilahirbarukan. Sebagai contoh, Piper mengatakan: “Kami tidak berpikir bahwa iman mendahului…..kelahiran kembali. Iman adalah bukti Allah telah melahirkan kita secara baru.”(2) MacArthur menegaskan bahwa “Regenerasi secara logis harus memulai iman.” (3) Sproul menambahkan: “Regenerasi (kelahiran kembali) bukanlah buah atau hasil dari iman. Sebaliknya, regenerasi mendahului iman, sebagai suatu syarat bagi iman.” (4)
Jadi, urutan Kalvinis terbalik dibandingkan dengan urutan Alkitab. Kalvinis mengatakan: lahir baru dulu (selamat) barulah beriman/menerima. Sedangkan Alkitab mengatakan: “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Yoh. 1:12). Jadi, menurut Alkitab, menerima dulu (percaya dulu), barulah menjadi anak Allah (dilahirbarukan). Menurut Kalvinis, lahir baru adalah syarat iman. Menurut Alkitab, iman adalah syarat lahir baru. Efesus 2:8 sudah membuktikan hal ini. Ayat-ayat lain mengukuhkan hal ini: Kisah Rasul 3:19 (bertobat dulu baru dosa dihapus), Kisah Rasul 16:31 (percaya dulu, baru dosa dihapus/selamat).(5)
Tetapi kita harus kembali kepada: mengapakah Kalvinis membuat urutan yang sedemikan aneh? Dari mana mereka mendapat ide bahwa manusia lahir baru dulu, barulah beriman? Ini semua berakar dari dua konsep mereka yang salah, yaitu:
1. Bahwa manusia tidak bisa beriman/percaya tanpa lahir baru (Poin ini akan secara mendalam dibahas di seri lain).
2. Bahwa jika manusia harus beriman/menerima kasih karunia untuk keselamatannya, maka itu sama dengan keselamatan karena usaha. Poin nomor dua ini yang menjadi pokok pembahasan kita di artikel ini.
Seorang Kalvinis yang pernah berdiskusi dengan saya menyatakannya seperti demikian: “Jika saya dapat memilih untuk menerima atau menolak kasih karunia Allah, maka ketika saya masuk Surga, saya dapat menyombongkan diri, bahwa saya telah memilih untuk menerima.” Untuk memperkuat pandangannya, Kalvinis menyerang orang-orang Alkitabiah. Kalvinis berkata bahwa jika harus percaya dulu, baru selamat, maka berarti manusia menyelamatkan dirinya sendiri. Tetapi benarkah konsep ini? Sepertinya hanya Kalvinis yang berpikir demikian. Coba kita lihat dalam skenario hidup.
Ilustrasi: Ada seorang yang sangat miskin sekali. Dia tidak memiliki apa-apa, bahkan makan pun sulit. Tambahan lagi, dia tidak memiliki keterampilan apapun yang dapat dibanggakan. Suatu hari, seorang yang sangat kaya, memutuskan untuk memberikan kepada si miskin ini, suatu harta yang besar jumlahnya. Si miskin tidak perlu melakukan apapun, selain dari menerima hadiah itu. Hadiah itu gratis! Jika si miskin menerima harta tersebut, dapatkah ia berbangga, bahwa dia kini kaya karena usahanya? Dapatkah ia menyombongkan diri kepada teman-temannya bahwa ia berjasa atas kekayaan yang kini ia nikmati? Bisakah dia berdalih: “Saya hebat, karena saya memilih untuk menerima?” Dapatkah dia berkata bahwa karena dia menerima hadiah itu, dia sendirilah yang telah membuat dirinya kaya? Teman-temannya yang berpikiran waras tentu akan berseru: “Tinggal menerima saja, itu sih bukan hebat! Itu terima bersih namanya!” Tidak seorangpun yang belum terkontaminasi Kalvinisme, akan berpikir bahwa si miskin ini memiliki jasa dalam hal itu. Juga tidak ada yang akan berkata bahwa ia menjadi kaya karena usahanya. Semua akan mengatakan bahwa dia menjadi kaya karena kasih karunia dari sang orang kaya!
Demikian juga, tidak ada satu orangpun yang waras, yang belum terkontaminasi oleh Kalvinisme, akan mengatakan bahwa tindakan percaya/beriman merupakan jasa manusia dalam keselamatan. IMAN BUKANLAH USAHA/JASA! Tetapi Kalvinisme, secara sistematis menuduh bahwa kita yang mengajarkan “iman” sebagai syarat keselamatan, adalah orang-orang yang mengandalkan “usaha sendiri” atau “kehebatan sendiri” untuk masuk Surga. Tidak demikian bung! Secara logis, jika seseorang memberikan hadiah, memang harus diterima, dan tindakan menerima itu bukanlah suatu usaha atau jasa pihak penerima. Kalau ada orang-orang yang menolak hadiah tersebut, bukan berarti ada kehebatan di pihak orang-orang yang menerima, melainkan adanya kebodohan di pihak orang-orang yang menolak.
Jadi kita lihat, bahwa theologi Kalvinis, yang menyamakan iman dengan usaha, tidak sesuai dengan logika. Tetapi, logika bukanlah standar tertinggi kita. Lebih parah lagi, theologi Kalvinis ini menyalahi Alkitab. Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa iman berbeda dengan usaha. Salah satu perikop yang jelas sekali dalam hal ini adalah Roma 4:1-6.
“Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya:” (Roma 4:1-6)
Dari ayat-ayat di atas, jelas sekali bahwa Alkitab membedakan antara PEKERJAAN atau USAHA dengan IMAN! Iman bukanlah usaha! Alkitab tegas dalam hal ini! Jadi, jika kita mengatakan bahwa “anda perlu percaya Yesus untuk lahir baru,” itu tidaklah mengajarkan keselamatan berdasarkan usaha/jasa sendiri.
Siapapun yang membaca Alkitab tanpa pernah dipengaruhi oleh Kalvinisme sebelumnya, tidak akan berkesimpulan bahwa “lahir baru” mendahului “iman.” TIDAK ADA SATU AYAT PUN YANG MENGAJARKAN LAHIR BARU DULU BARU BERIMAN. Sebaliknya, untuk mempertahankan theologi mereka, Kalvinis membuat berbagai skema yang rumit. Untuk mengakomodasi Roma 4:1-6, sebagian Kalvinis menyatakan bahwa pembenaran adalah setelah percaya, tetapi lahir baru adalah sebelum percaya.
Jadi, urutan keselamatan Kalvinis:
1. Dilahirbarukan secara pasif oleh Tuhan (Regenerasi)
2. Menjadi percaya atau beriman atau menerima
3. Dibenarkan (Justification)
Urutan demikian sungguh tidak masuk akal, karena memisahkan regenerasi dengan pembenaran. Dalam skema Kalvinis, “iman” hanyalah formalitas belaka. “Iman” hanyalah suatu buah dari keselamatan itu sendiri, sama seperti pekerjaan baik adalah buah dari keselamatan. Kalau Kalvinis benar, maka “iman” bukanlah syarat atau alasan pembenaran, karena iman itu sendiri adalah efek dari kelahiran kembali.
Artinya, secara logis Kalvinis mengajarkan:
1. Orang lahir baru dulu, baru beriman
2. Orang menjadi anak Allah dulu (lahir ke dalam keluarga Allah), baru beriman
3. Orang memiliki hidup dulu (lahir baru), baru beriman
Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat Alkitab yang bertentangan dengan urutan tersebut:
1. Yoh. 6:47 berkata “barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal” BUKAN “barangsiapa memiliki hidup menjadi percaya.”
2. Yoh. 1:12 berkata menyatakan bahwa yang menerima Yesus menjadi anak-anak Allah, BUKAN bahwa anak-anak Allah menjadi menerima Yesus.
3. Kis. 16:31 menyatakan bahwa percaya kepada Tuhan Yesus Kristus akan membawa selamat, BUKAN selamat dulu lalu akan menjadi percaya.
4. Yoh. 20:31 menyatakan “oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya,” BUKAN memperoleh hidup agar bisa beriman. Ayat ini juga menegaskan iman sebagai SYARAT keselamatan.
5. Roma 10:13-14, percaya dulu, kemudian bisa berseru kepada Tuhan (dalam iman), lalu diselamatkan. BUKAN lahir baru dulu baru percaya.
6. 1 Kor. 4:15, orang-orang Korintus lahir baru, melalui percaya INJIL yang diberitakan Paulus. BUKAN lahir baru lalu menjadi percaya INJIL.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan, bahwa:
1. Kalvinis menganggap bahwa jika iman dijadikan syarat keselamatan, itu sama saja dengan menyelamatkan diri sendiri. Iman dianggap sebagai suatu jasa atau usaha dari pihak manusia.
2. Kalvinis menganggap bahwa orang lahir baru dulu, barulah ia menjadi percaya. Iman adalah buah dari keselamatan/regenerasi.
3. Alkitab menyatakan bahwa iman adalah syarat keselamatan, kasih karunia adalah dasar keselamatan.
4. Alkitab menyatakan bahwa keselamatan oleh iman, bukanlah keselamatan oleh usaha manusia. Iman berbeda dengan usaha. Iman tidak dapat dianggap sebagai suatu jasa.
5. Alkitab menegaskan bahwa iman mendahului keselamatan, mendahului kelahiran kembali, mendahului hidup kekal, mendahului pembenaran, mendahului adopsi menjadi anak Allah.
Endnotes
(1) Saya jadikan ketiganya satu, karena memang ketiganya merujuk kepada hal yang sama. Dalam Alkitab, beriman sama dengan percaya. Keduanya adalah syarat keselamatan. Dalam Yoh. 1:12, menerima Yesus juga adalah syarat keselamatan. Artinya, beriman dan percaya pada Yesus sama dengan menerima Yesus. Dengan kata lain, iman adalah sarana untuk menerima Yesus. Kita menerima Yesus dengan cara beriman kepadaNya. Istilah “bertobat” juga satu paket dengan beriman atau menerima Yesus.
(2) John MacArthur, Faith Works (Dallas, Texas: Word Publishing, 1993), 62.
(3) John MacArthur, The Gospel According to Jesus (Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1988), 172-173.
(4) R.C. Sproul, Chosen by God (Wheaton, Illinois: Tyndale Publishing House, 1986), 13.
(5) Kalvinis sering mencoba untuk menjelaskan kesulitan mereka demikian: bahwa orang lahir baru dulu, baru beriman, baru dibenarkan (diselamatkan). Tetapi ini adalah usaha menjaring angin. Adakah orang yang lahir baru, tetapi tidak selamat? Proses kelahiran kembali sudah merupakan proses keselamatan. Jadi, tetap saja menurut Kalvinis: selamat dulu, barulah beriman.
This entry was posted in Kalvinisme and tagged , , , , , . Bookmark the permalink.

IBLIS AKTIF MEMBERITAKAN INJIL

0 komentar
Source: Dr. Suhento Liauw (graphe-ministry.org)
Pada saat Paulus menulis bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: “Terkutuklah Yesus!” dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus (I Kor.12:3), itu benar. Pada saat itu nama Yesus bukanlah nama yang bisa mendatangkan keuntungan materi, melainkan malapetaka bagi yang menyebutnya.
Terlebih lagi ketika pemerintah melancarkan penganiayaan yang intensif terhadap pengikut Yesus. Dan Tuhan Yesus pernah berkata, Abarangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita@ (Mrk.9:40). Ungkapan ini biasanya ditafsirkan sebagai patokan untuk menilai siapa musuh dan siapa teman. Seolah-olah setiap orang yang tidak melawan kekristenan secara aktif adalah teman kita.
Namun bagaimanakah jika kita pertimbangkan juga ayat-ayat seperti, “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang (Mat.24:4-5).
Ternyata menurut ayat ini, si penyesat itu bukan hanya berani menyebut Yesus itu Tuhan bahkan ia berani berkata bahwa ia sendiri adalah Yesus Tuhan itu. Dengan adanya ayat-ayat tersebut di atas, orang Kristen harus berhikmat dalam menafsirkannya. Pertama, pada I Kor.12:3 tidak dikatakan bahwa hal itu akan berlaku sepanjang masa. Kita bisa mengatakan demikian karena pada Injil Matius 24:4-5, Tuhan mengatakan bahwa pada akhir zaman penyesat akan memakai namaNya. Ia bukan hanya berani menyebut-nyebut Yesus itu Tuhan seperti dalam Mat.7:21, bahkan hingga menyebut dirinya Mesias dan Tuhan. Untuk situasi normal dan situasi pada umumnya Mrk.9:40-lah yang masuk akal. Sedangkan Mat.24:5 itu situasi khusus misalnya oleh penyusup atau seorang agen rahasia musuh.
Bahkan bisa jadi juga justru setelah iblis membaca tulisan Paulus tersebut ia langsung mendapat ilham untuk menipu orang Kristen lugu dengan menyebut-nyebut Yesus adalah Tuhan agar orang Kristen bisa menerimanya sehingga penyusupan berlangsung dengan mulus. Ketika saya mengatakan bahwa sekarang ada banyak Anabi@ palsu yang memakai nama Yesus mengusir iblis, seseorang langsung protes, Abagaimana mungkin, karena Tuhan Yesus berkata bahwa kalau iblis mengusir iblis maka kerajaannya akan hancur.@ Saya menjawabnya, Abetul, jika pengusirannya adalah sungguhan. Tetapi bagaimana kalau mereka bersandiwara agar anda percaya bahwa yang mengusir itu dari Tuhan padahal itu tetap dari iblis juga?@
Banyak orang Kristen bersikap terlalu lugu. Mereka tidak mempertimbangkan sama sekali aspek penyusupan, padahal Tuhan sudah wanti-wanti bahwa akan ada banyak serigala yang berbulu domba. Orang Kristen harus waspada, kalau ada pemimpin agama lain menjadi Kristen, jangan gembira dulu, sebab bisa jadi itu adalah sebuah penyusupan.
Kenalkah anda seorang agen rahasia terhebat di dunia? Namanya Cohen, orang Yahudi yang diselundupkan sebagai agen rahasia ke Syria. (Silakan baca buku Mossad: Agen rahasia Israel). Dari semua orang di Syria, Cohen adalah orang yang paling berkobar-kobar mau menghancurkan Israel. Sampai-sampai presiden Syria (Hafez Al Assad) hampir mengangkatnya menjadi Menhan. Hal demikian bisa terjadi tentu karena kecerobohan orang-orang Syria dan kehebatan Cohen dalam berpura-pura.
Dalam sejarah kekristenan, telah berkali-kali terbukti bahwa kekristenan justru makin kuat ketika digempur dari luar. Gempuran dari luar tidak akan efektif jika tidak diikuti pelemahan dari dalam. Pelemahan bisa terjadi kalau pihak musuh berhasil melakukan penyusupan.
Pada saat perang teluk sedang berlangsung, pasti tidak ada rakyat Amerika yang akan berkata Aterkutuklah George Bush!@ secara normatif ini benar karena George Bush adalah presiden Mereka. Tetapi tentu tidak termasuk orang-orang yang sedang dipersiapkan untuk menjadi agen rahasia ke Irak. Calon agen rahasia atau mereka yang sedang menjalankan tugas penyusupan akan bertindak sangat militan dalam mengutuki George Bush demi mendapatkan simpati serta kepercayaan dari pihak musuh.
Kesimpulan sementara kita ialah orang Kristen jangan terlalu lugu atau tak berhikmat sehingga masuk perangkap iblis melalui ayat-ayat Alkitab yang bersifat normatif. Ingat, iblis pernah beradu argumentasi dengan Tuhan Yesus memakai ayat-ayat Alkitab. Memang benar ada ayat alkitab yang mengatakan demikian namun perhatikan juga ayat Alkitab lain yang menjelaskan batasannya.
Menurunkan Standar &Melecehkan Pendidikan
Alkitab mencatat berkali-kali aktivitas iblis dalam ikut memberitakan Injil. Dalam Kis.8:19, iblis pernah menawarkan uang kepada Petrus agar ia bisa diberi wewenang menumpangkan tangan atas orang dan lain sebagainya. Iblis melalui Simon ingin menyusup masuk ke dalam pelayanan Filipus yang telah menghasilkan banyak petobat. Iblis tahu bahwa jika saja ia bisa menyusup ke dalam pelayanan Filipus, maka pelayanan Filipus bisa dihambat dari dalam.
Rasul Petrus dengan tegas menolak menurunkan standar tuntutan seorang pelayan Tuhan. Ketika standar untuk menjadi seorang pelayan Firman betul-betul ditegakkan, maka bukan tidak mungkin, tetapi pasti akan jauh lebih sulit bagi iblis untuk menyusupkan agennya. Itulah sebabnya langkah pertama yang diusahakan iblis ialah menghasut agar standar syarat bagi penyampai firman diturunkan.
Belum lama ini saya dikagetkan oleh selembar brosur dengan nama pembicara seorang pengusaha yang didepan namanya ada huruf AEv@. Mungkin ia memang pintar, punya banyak gelar, tetapi menjabat sebuah jabatan gereja yang berfungsi sebagai penyampai firman itu seharusnya tidak seenaknya.
Karena ia adalah seorang pengusaha kaya maka secepatnya ia direkrut agar bisa tetap bergabung. Kelihatannya ada unsur menjadikan jabatan gereja sebagai alat untuk menarik orang atau memancing orang. Sebenarnya kalau pengusaha tersebut berhikmat, ia segera harus tahu bahwa mereka memancingnya dengan jabatan dan justru itulah ia seharusnya segera meninggalkan kelompok itu karena di situ banyak dipratekkan taktik akal bulus atau tipu muslihat.
Namun juga bisa saja sebaliknya, dimana iblis memang sedang dalam program menyelundupkan orang-orangnya yang tidak mengerti doktrin ke dalam gereja. Dengan orang demikian ia akan merubah gereja menjadi semacam perusahaan sehingga semua tata-cara baik cara menyelenggarakan gereja maupun cara memberitakan Injil akan diubah menurut sistem manajemen perusahaan.
Belakangan ini kita sering mendengar lelucon disekitar gelar pendidikan theologi. S.Th dipelesetkan dengan sudah tinggi hati. M.Th. diplesetkan dengan makin tinggi hati dan lain sebagainya. Ada pengkhotbah yang berkata bahwa ia tidak perlu sekolah theologi atau ia tidak perlu gelar sekolah theologi dengan maksud supaya dianggap rohani.
Sesungguhnya terlepas dari orang memakainya sebagai suatu faktor kesombongan, pendidikan theologi itu sangat perlu. Siapa bilang bahwa Petrus tidak sekolah theologi? Mereka sekolah theologi selama kurang lebih tiga setengah tahun, siang malam dengan seorang MAHA GURU.
Tiga setengah tahun siang malam itu setingkat dengan strata tiga atau doktor. Rasul Paulus menyadari bahwa murid-muridnya tidak cukup dengan hanya bisa berteriakteriak Ahalelluyah@ sehingga ia mengajar mereka di ruang kuliah Tiranus dua tahun (mungkin siang malam) yang berarti setingkat sarjana.
Ketika penyampai firman berlomba untuk menjadi siapa yang lebih bodoh, atau siapa yang lebih tidak berpendidikan, maka celakalah kekristenan. Anda bisa bayangkan bagaimana jemaat mendengarkan pengkhotbah yang bahasa Indonesianya berlepotan. Sementara ia menafsirkan Alkitab, kita harus berusaha keras untuk menafsirkan maksud ucapannya yang tidak tersusun dengan baik.
Atau pengkhotbah yang tidak tahu Kanada itu terletak di benua Amerika atau Eropa. Tidak dapat disangkal bahwa semakin terpelajar seorang penyampai firman, maka akan semakin sistematis dan gampang dimengerti firman yang disampaikannya. Belum lagi isi firman yang diuraikannya yang tentu adalah hasil penggaliannya. Tentu di sekolah theologi yang baik seseorang akan dilengkapi dengan metode penafsiran Alkitab yang bagus. Dengan metode penafsiran yang bagus
dan ditambah lagi dengan penguasaan bahasa asli Alkitab serta berbagai bahasa pengantar, maka akan membedakan antara penyampai firman yang emosional dengan yang terpelajar.
Yang saya maksudkan dengan terpelajar itu tentu bukan di depan dan belakang namanya penuh dengan huruf-huruf singkatan, karena sekarang sudah bukan rahasia lagi kalau ada doktor lima ribu dollar dan lain sebagainya. Jika seorang penyampai firman belajar dengan tekun dan kemudian pihak sekolah memberinya sebuah ijazah atau titel, itu adalah hal yang pantas. Saya pernah mendengar seorang penyampai firman berkata bahwa ia tidak perlu titel. Tetapi anehnya ia mau menerima ijazah SMUnya. Kalau ia tidak membutuhkan bukti jenjang pendidikan, ya jangan terima ijazah SMU juga.
Tetapi sesungguhnya sikap itu adalah karena ia merasa telah terlalu tua (terlalu sombong?) untuk
duduk di bangku sekolah, sementara itu ia kesal dengan orang-orang muda yang rajin belajar. Jika seorang penyampai firman sangat mementingkan titel hingga kurang percaya diri tanpa titel dan berusaha membeli atau mencari titel gampangan, maka sikap demikian sesungguhnya sama sekali tidak terpuji. Tetapi jika seseorang telah berusaha keras dan akhirnya mencapai suatu tingkat pendidikan tertentu, maka dengan sikap yang fair kita harus memberi rasa salut, bukannya iri. Inilah sikap orang Kristen yang alkitabiah.
Sikap meremehkan pendidikan theologi yang diperlihatkan oleh sebagian penyampai firman tanpa ia sadari adalah sikap memberi peluang pada iblis untuk ikut menyampaikan Injil. Saya tidak mengatakan bahwa dengan menghargai pendidikan theologi maka pasti akan menutup peluang kepada iblis untuk memberitakan Injil, karena iblis memang sangat ingin memberitakan Injil (tentu Injil yang salah). Tetapi mengikuti pendidikan theologi dengan tidak mengikuti pendidikan theologi, masih lebih baik mengikuti pendidikan theologi karena bagaimanapun ia telah diajar. Setidaknya ia telah melalui sebuah saringan.
Jika anda terpanggil untuk menjadi penyampai firman, ketahuilah bahwa integritas firman Allah yang anda sampaikan itu terpengaruh oleh integritas penyampainya. Dan seberapa hormatnya anda terhadap Tuhan yang anda sampaikan firmanNya itu, tercermin dari seberapa seriusnya anda mempersiapkan diri untuk tugas itu. Jika anda membeli titel, atau cari yang gampangan, itu artinya anda menganggap Tuhan itu seperti pemerintah atau perusahaan yang dilayani oleh orang-orang yang membeli titel agar jenjang gajinya dinaikkan.
Baik penyampai firman maupun anggota jemaat sama-sama harus menunjukkan sikap yang benar agar keadaan kekristenan semakin kondusif. Jemaat harus menghargai penyampai firman yang belajar dengan tekun dan memperoleh jenjang pendidikan dengan benar, bukannya membanggakan penyampai firman yang kaya, mantan dukun, mantan pemimpin agama lain, dan lain sebagainya yang tidak ada hubungannya dengan kemampuannya dalam menyampaikan kebenaran firman Tuhan.
Sementara itu tanpa disadari para pembeli titel, tindakan mereka itu justru bisa mempermalukan mereka sendiri. Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang penyampai firman yang bertitel doktor. Namun dalam perbincangan itu saya sempat kaget karena yang bersangkutan tidak mengerti istilah MSS dan juga tidak mengerti istilah LXX, Johannen Coma, yang sepatutnya sudah pasti harus dimengerti oleh orang yang menyandang titel doktor. Hal konyol demikian bisa
terjadi karena mereka memakai cara Simon si tukang sihir yang mencoba membeli hak dan jabatan kerasulan dengan Petrus.
Bahaya Pujian Dan Sanjungan
Di dalam Kis.16:16-18, tercatat iblis memberitakan Injil melalui seorang perempuan, APada suatu kali ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu, kami bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. Ia mengikuti Paulus dan kami dari belakang sambil berseru, katanya: “Orang-orang ini adalah hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan.” Hal itu dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi ketika Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: “Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini.” Seketika itu juga keluarlah roh itu.@
Seandainya Paulus dan Silas adalah pengkhotbah yang haus akan sanjungan dan pujian, maka pasti mereka akan membiarkan hamba perempuan itu berkoar-koar sepuasnya. Sebelumnya kita telah membahas terjadinya keikutsertaan iblis dalam pemberitaan Injil melalui penurunan standar pendidikan atau meremehkan sebuah proses belajar. Tentu ada orang yang bisa belajar sendiri dan bisa mencapai pengetahuan yang tidak kalah dari yang mengikuti pendidikan formal. Tetapi autodidact tentu harus dibuktikan melalui hasil atau buahnya setelah melalui waktu yang lama, sementara yang mengikuti pendidikan formal dibuktikan melalui ujian dari para pengajar.
Segala macam cara untuk menghalangi Paulus dan Silas memberitakan Injil telah iblis tempuh. Pembaca perlu waspada, tidak ada satu cara pun yang akan iblis abaikan untuk menghalangi pemberitaan Injil bahkan cara memberitakan Injil itu sendiri. Ia ingin agar diikutsertakan ke dalam team Paulus dan Silas. Ia menyanjung-nyanjung mereka.
Kalau dilihat dari ucapan-ucapan perempuan itu, sesungguhnya tidak ada sesuatu yang salah. Sepertinya iblis memberitakan Injil yang benar, yaitu Injil keselamatan. Tetapi mengapakah Paulus membungkamnya dengan mengusirnya?
Jawabannya, pertama, Paulus tahu bahwa iblis tidak mungkin bisa memberitakan Injil dengan tulus. Sekalipun di bagian awal pemberitaan iblis terdengar seolah-olah bagus tetapi nanti pada ujungnya pasti Injil akan diselewengkannya.
Kedua, Paulus tidak menghalalkan segala cara untuk penginjilan. Orang yang belum lahir baru tidak mungkin bisa memberitakan Injil, apalagi iblis. Tujuan tidak boleh menghalalkan cara. Misalnya sekali Alkitab berkata bahwa wanita tidak boleh mengajar laki-laki itu pasti ada alasan dari Tuhan (I Tim.2:11-13, dan I Kor.14:34). Masalahnya bukan seberapa pintar ia berbicara, tetapi harus ada keteraturan antar laki-laki sebagai kepala rumah tangga dengan laki-laki yang mengajar di jemaat.
Allah tidak memakai falsafah tidak ada rotan akar pun jadi. Allah mementingkan prinsip kebenaran bukan pragmatisme untuk mencari duit. Ketika Paulus mengusir iblis yang memakai hamba perempuan itu, akhirnya ia dijebloskan ke dalam penjara. Iblis ngamuk karena tawarannya untuk membantu memberitakan Injil ditolak Paulus. Seolah-olah iblis berkata, Akalau tidak mau dengan cara halus, rasakan cara yang kasar.@ Tetapi tentu Paulus dan Silas memilih tinggal di dalam penjara daripada memberitakan Injil bersama iblis. Paulus dan Silas bernyanyi sebagai tanda bahagia karena Tuhan telah menolong mereka dari memberitakan Injil bersama iblis.
Penyimpangan Hakekat Injil
Bukan hanya penurunan standar dan efek pujian serta sanjungan yang perlu diwaspadai dalam rangka mencegah iblis memberitakan Injil, tetapi isi Injil yang semakin berubah sehingga menjadi Injil yang tidak lagi membawa berkat melainkan membawa kutuk itulah yang paling perlu diperhatikan. Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Paulus memakai kata-kata yang sangat keras. “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus” (Gal.1:6-7).
Rupanya jemaat Galatia sempat percaya kepada Injil lain, yang sebenarnya menurut Paulus itu bukan Injil. Injil apakah itu yang dikutuk oleh Paulus dengan kata yang sangat keras yaitu anathema?
Pada pasal-pasal berikut bisa kita amati dengan lebih jelas Injil yang dikutuk oleh Paulus itu. Ternyata kalau kita lihat pada 5:3-4, telah datang pengajar Yahudi dari Yerusalem yang mengajarkan bahwa tidak cukup dengan pertobatan dan iman, melainkan perlu ditambah dengan mentaati hukum Taurat antara lain disunat.
Injil yang murni ialah diselamatkan oleh iman (Ef.2:8-9), tanpa perlu ditambah dengan usaha manusia dalam bentuk apapun termasuk baptisan. Baptisan diperlukan pada saat mau menjadi murid (menjadi anggota gereja), bukan persyaratan masuk Sorga. Untuk memahami Injil yang murni saya mempersilakan anda membaca buku saya yang berjudul Domba Korban dan Kapan Saja Saya Mati, Saya Pasti Masuk Sorga. Di kedua buku tersebut telah saya uraikan panjang lebar tentang Injil yang benar. (untuk Anda yang tinggal di kota Semarang dapat menghubungi Ev. Johan di 02470889777 untuk mendapatkan buku ini)
Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa Allah memerintahkan mereka membunuh seekor domba sebagai akibat dosa. Maksud Allah ialah Adam yang berdosa, namun domba itu yang dimatikan. Dosa hanya dapat diselesaikan dengan penghukuman. Tentu bukan domba itu yang menanggung dosa Adam melainkan hanya sekedar gambaran saja. Yesus Kristus adalah domba korban yang dimaksud Allah. Kematian Kristus di kayu salib menanggung dosa semua manusia itu digambarkan dengan domba yang dikorbankan. Dosa seisi dunia telah ditanggungkan ke atas diri Yesus.
Pada saat seseorang percaya kepada Yesus, maka semua dosanya (dulu, sekarang, dan yang akan datang) diperhitungkan telah tertanggung ke atas diri Yesus, maka sejak saat itu ia tidak berdosa lagi dan tidak akan dihukumkan lagi (Rom.8:1). Hanya dengan iman kepada Yesus saja, tidak perlu ditambah dengan apapun.
Dan juga tidak boleh dikurangi dengan tidak memberitahukan pendengar bahwa semua dosa (dulu, sekarang, dan yang akan datang), telah ditanggung Yesus Kristus. Orang yang telah percaya kepada Tuhan Yesus selanjutnya hanya perlu bersyukur karena semua dosanya telah ditanggung Tuhan Yesus. Saya tahu bahwa pasti ada banyak pertanyaan di kepala anda ketika membaca artikel ini. Oleh sebab itu bacalah buku yang saya sebut sebelumnya untuk mendapatkan semua jawaban yang anda butuhkan.
Kalau anda telah mengerti tentang Injil yang benar, maka anda akan sanggup melihat dan mengidentifikasi Injil yang diberitakan oleh iblis. Anda akan mendapatkan bahwa banyak Injil yang sesungguhnya bukan Injil melainkan kutukan. Mengapa demikian? Jawabannya ialah karena sesungguhnya sejak zaman Rasul-rasul, iblis telah berulang kali mencoba memberitakan Injil. Ia pernah ditolak oleh Petrus, dan juga pernah ditolak oleh Paulus.
Apakah iblis putus asa setelah ditolak baik oleh Petrus maupun Paulus? Tidak mungkin! Jelas ia lebih tekun dari penyampai firman manapun. Ia berusaha masuk ke dalam gereja, masuk ke dalam kelompok gereja-gereja. Tujuannya jelas, ia ingin ikut memberitakan Injil. Dulu ia pernah memakai taktik menentang Injil, dan itu memang tetap dilakukannya melalui sebagian anak buahnya. Tetapi sebagian anak buahnya lagi diselundupkannya ke tengah-tengah orang Kristen dengan berpakaikan bulu domba. Ia tentu cukup cerdik untuk menyadari bahwa dengan masuk ke dalam dan turut memberitakan Injil, ia akan lebih berpeluang menyimpangkan Injil itu daripada memeranginya dari luar.
Akhirnya wahai sobat, yang bahaya itu bukan yang menentang Injil dari luar, melainkan yang memberitakan Injil yang salah dari dalam. Kalau anda tidak berhati-hati, maka neraka menantikan anda. Sekali lagi, neraka menantikan anda. Dan yang lebih penting dari itu lagi ialah pastikan diri anda telah lahir baru agar jangan sampai malah anda sendiri yang menjadi kaki-tangan iblis yang diselundupkan ke dalam gereja untuk memberitakan Injil yang salah. Anda perlu membaca dua buku yang saya sebutkan.

lima langkah ke sorga

0 komentar
Langkah Pertama:
Mengakui bahwa Allah adalah Pencipta Langit dan Bumi beserta segala isinya. Alam semesta yang sangat kompleks dan serasi, terutama manusia yang berakal budi, tidak mungkin jadi secara kebetulan yang didahului sebuah ledakan dan dilanjutkan dengan berevolusi.
Firman Tuhan Berkata:
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Kitab Kejadian 1:1
Allah menciptakan makhluk berakal budi yaitu malaikat dan manusia. Sebagian malaikat menentangNya dan kepada mereka diberikan nama lain, yaitu iblis, dan akan dihukum di neraka.
Kalau kita percaya adanya Surga dan Neraka, maka tentu kita juga percaya adanya Allah yang tinggal di Surga serta iblis yang akan dihukum di Neraka. Setiap orang yang tidak percaya adanya Allah tidak mungkin bisa masuk Surga karena Allah tidak mungkin mengijinkan orang yang tidak percaya kepadaNya untuk pergi ke tempatNya.
Iblis sangat sukses mempengaruhi manusia. Terbukti hampir semua manusia percaya akan keberadaan iblis dan bahkan banyak yang takut kepadanya, sebaliknya mereka malah mengatakan tidak ada Allah. Mereka tidak sempat berpikir bahwa kalau tidak ada Allah maka tidak ada iblis, bahkan alam semesta pun tidak ada. Tentu jauh lebih logis untuk percaya bahwa anda yang berakal budi diciptakan oleh Allah yang berhikmat daripada berevolusi yang berawal dari sebuah ledakan atau berubah dari monyet yang mungkin pernah anda piara.
Anda percaya ada Allah? [ ] ya atau [ ] tidak
Kalau percaya, mari kita lanjutkan ke langkah kedua
Langkah Kedua:
Mengakui bahwa anda adalah orang berdosa. Sesudah malaikat menentang Allah, kemudian ia mempengaruhi manusia agar juga menentang Allah. Dengan sikap yang sangat jahat sepasang manusia pertama yang diciptakan mengikuti jejak malaikat yang jahat (iblis).
Sikap mereka itu telah menyebabkan Allah mengusir mereka. Seterusnya mereka melakukan semakin banyak hal yang jahat terhadap Allah, antara lain mengatakan bahwa Allah tidak ada, dan mereka hidup mengabaikan Pencipta mereka. Akhirnya terbentuklah sifat-sifat yang semakin jahat.
Firman Tuhan Berkata:
http://www.semarang-ministry.org.dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.
Kitab Kejadian 6:5
Seterusnya setiap manusia yang lahir dari sepasang manusia tersebut mewarisi sifat nenek moyangnya, yaitu menyukai kejahatan.
Ketika seorang bayi dilahirkan ia telah memiliki sifat jahat yang mendorongnya melakukan kejahatan. Itulah sebabnya tanpa perlu belajar tiap-tiap manusia bisa melakukan kejahatan. Sifat hati yang cenderung berdosa. Dari kecil hingga dewasa manusia senantiasa melakukan dosa baik di saat belum sadar maupun sesudah akil-balik. Ada yang mencuri uang Rp.50.- dan ada yangmerampok uang Rp.50 miliar. Masalahnya bukan pada jumlahnya, melainkan sifat perbuatannya.
Firman Tuhan Berkata:
Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.
Surat Roma 3:10
Anda Seorang Berdosa? [ ] ya atau [ ] tidak
Kalau anda mengaku ya, mari kita lanjutkan ke langkah ketiga
Langkah Ketiga:
Memahami cara menyelesaikan masalah dosa. Dosa manusia telah mengakibatkan manusia tidak bisa kembali ke Surga yang maha kudus. Sifat hati manusia yang cederung berbuat dosa menyebabkan ia tidak layak kembali ke Surga. Manusia memerlukan hati yang baru, yaitu yang tidak memiliki sifat dosa, jika ia ingin kembali ke Surga.
Manusia bukan hanya memerlukan hati yang kudus, bahkan perbuatan yang telah dihasilkan oleh hati yang jahat itu perlu dibereskan. Tentu bukan dibereskan dengan rituil ibadah, amal, dan puasa. Perbuatan jahat (dosa) itu hanya dapat dibereskan dengan penghukuman.
Semua pemerintah di dunia tahu bahwa kalau seseorang melanggar hukum maka orang itu harus dihukum, bukan disuruh bertapa, berpuasa, beramal, apalagi menyelenggarakan rituil ibadah. Menurut akal sehat dan Alkitab, dosa hanya dapat dibereskan dengan penghukuman.
Karena dosa hanya dapat diselesaikan dengan penghukuman, maka untuk menyelamatkan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, Allah segera menjanjikan JURUSELAMAT. Nama YESUS artinya adalah Juruselamat. Allah akan menjatuhkan hukuman kepada Sang Juruselamat yang tidak berdosa sebagai ganti orang berdosa. Dan setiap orang yang setuju bahwa dosanya ditanggung Sang Juruselamat, dosanya akan dihitung Allah telah terhukumkan atau telah terselesaikan.
Sebelum Sang Juruselamat tiba, Allah menyuruh manusia yang percaya pada janjiNya untuk melakukan ibadah simbolik yang mensimbolkan Sang Juruselamat dan proses penggantian penerimaan hukuman yang akan dilakukanNya, dengan menaruh seekor anak domba di atas mezbah dan menyembelihnya. Domba menggambarkan Sang Juruselamat, dan penyembelihannya menggambarkan penghukuman yang akan dijatuhkan pada Sang Juruselamat. Ibadah domba korban.
Menyembelih domba sebagai korban adalah ibadah yang Allah perintahkan sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Ibadah ini diperintahkan untuk menggambarkan cara penyelamatan yang direncanakan Allah. Adam & Hawa melakukan dan mengajarkan kepada anak-anak mereka sehingga Habel melakukannya dengan tepat.
Selanjutnya Allah memerintahkan Musa melestarikan ibadah ini pada setiap hari Paskah hingga Juruselamat yang dijanjikan atau disimbolkan tiba. Siapakah Juruselamat yang disimbolkan itu? Allah menuliskan tanda-tanda untuk mengenalNya dalam kitab Perjanjian Lama (PL).
Kitab PL ditulis dari 1500 tahun hingga 400 tahun Sebelum Masehi. Allah menuliskan sekitar 300 tanda agar manusia tidak salah mengenalNya, antara lain; dilahirkan oleh perempuan perawan (Yes.7:14), lahir di Betlehem (Mi.5:1), memasuki Yerusalem menunggang keledai (Zak.9:9) dan lain sebagainya. Dalam sejarah manusia dari Adam hingga saat ini tidak ada seorang pun yang menggenapi semua tanda yang tertulis selain Yesus yang dilahirkan di kota Betlehem dan dibesarkan di Nazaret.
Allah mengutus Yesus dan membiarkanNya disalibkan sebagaimana seekor domba dikorbankan. Ia menanggung dosa semua manusia agar manusia berdosa bisa diselamatkan dari penghukuman. Tanpa penghukuman Yesus di kayu salib dosa manusia tidak terselesaikan.
Firman Tuhan Berkata:
Dia (Yesus) yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya (Allah) menjadi dosa karena kita, supaya kita dibenarkan oleh Allah
(II Kor.5: 21)
Yesus tersalib di kayu salib untuk menanggung dosa dunia, tentu juga termasuk dosa anda. Ia sengaja datang untuk menggantikan anda menanggung dosa.
Firman Tuhan Berkata:
Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran
(I Pet.2:24)
Hanya ada satu cara menyelesaikan dosa, yaitu dihukum. Setuju?
Kalau anda setuju, mari kita lanjutkan ke langkah keempat
Langkah Keempat:
Mengenal Lingkup Anugerah Yesus Kristus. Ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus, ia berkata: Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia (Yoh.1:29). Yesus diutus Allah ke dalam dunia untuk menanggung dosa semua manusia (Ibr.2:9). Posisinya persis seperti domba korban yang disembelih demi menggantikan manusia yang berdosa. Ini menunjukkan kasih Allah yang amat besar. Sesungguhnya masalah yang dihadapi manusia itu bukan lagi kejatuhannya ke dalam dosa karena jalan keselamatan dari Allah telah tersedia. Ketika Ia hampir menyerahkan RohNya, Ia berseru, “sudah selesai!” Tentu maksudnya jalan keselamatan bagi manusia sudah selesai. Yesus telah menyelesaikannya dengan menanggung hukuman dosa manusia di kayu salib. Kemudian Ia bangkit untuk membela orang yang percaya kepadaNya di hadapan Allah. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib,http://www.semarang-ministry.org. (I Pet.2:24)
Karena penghukuman atas Yesus adalah penghukuman atas dosa seisi dunia, atau dosa semua orang (dari Adam hingga manusia terakhir), maka bayi yang belum berdosa secara perbuatan, melainkan hanya berdosa dalam posisi dan sifat hati, tentu sudah secara otomatis terselesaikan. Demikian juga dengan orang yang sakit jiwa sejak belum akil balik, atau mereka yang lahir dalam keadaan cacat mental. Mereka pasti masuk Surga.
Tetapi bagi kita yang bertumbuh dewasa dan melakukan dosa dengan kesadaran kita, maka syarat untuk masuk kedalam lingkup penanggungan Yesus, atau disebut lingkup anugerah Yesus ialah bertobat dan percaya kepadaNya dengan segenap hati. Bertobat artinya merasa bersalah dan menyesali dosa yang telah kita lakukan serta bertekad tidak mengulanginya lagi. Dan percaya artinya menyetujui atau mengaminkan penghukuman Yesus di kayu salib sebagai pengganti kita. Seharusnya kitalah yang disalibkan, tetapi Yesus telah menggantikan kita menerima hukuman kita. Jadi melihat serta mengaminkan bahwa Yesus telah menggantikan kita dihukumkan, dan sekarang kita sedang menggantikan Yesus hidup. Hidup kita sekarang ini bukan milik kita melainkan milik Yesus. Dan sejak kita bertobat dan percaya, maka kita berusaha hidup menurut Alkitab karena itu adalah petunjuk Yesus bagi orang yang sedang menghidupi kehidupan milikNya.
Kapan saja orang yang telah bertobat dan percaya dengan segenap hati mati, PASTI akan masuk surga, karena seluruh dosanya, dari lahir hingga yang terakhir akan dibuatnya, telah ditanggung Yesus di kayu salib. Jika ia jatuh ke dalam dosa (tanpa direncanakan), dosa tersebut telah ditanggung Yesus di kayu salib. Yesus memerintahkan muridNya yang jatuh lagi untuk mengaku dosa dan bangkit lagi untuk bertekad tidak mengulanginya lagi. Setiap murid yang telah bertobat dan percaya jatuh ke dalam dosa pasti akan merasa bersalah kepada Yesus, dan jika tidak maka itu tanda bahwa ia belum bertobat dan percaya.
Orang yang telah bertobat dan percaya hidup bersukacita dan tahu bahwa ia harus mematuhi perintah Yesus di dalam Alkitab. Ia tahu bahwa ia melakukan itu karena ia telah diselamatkan bukan agar diselamatkan. Ia juga akan mencari gereja untuk menggabungkan diri karena ia tahu bahwa membentuk jemaat adalah kehendak Juruselamatnya. Ia akan giat berbuat baik kepada siapa saja bukan agar bisa masuk surga, melainkan karena sudah pasti masuk sorga. Ia akan berusaha menjalankan hidup dengan sebaik-baiknya, atau semanis-manisnya karena ia murid Yesus yang pasti masuk sorga.
Tahukah anda bahwa Yesus Telah menanggung dosa anda? Anda harus menentukan sikap terhadapNya.
Langkah Kelima:
Mengambil Keputusan. Mengetahui adanya jalan keselamatan dan segala keindahan keadaan orang yang telah bertobat dan percaya tidak menjadikan seseorang secara otomatis diselamatkan. Melainkan mengambil keputusan untuk melangkahkan kaki ke jalan itu baru bisa memperoleh keselamatan. Mengetahui adanya makanan yang lezat tidak membuat seseorang menjadi kenyang, melainkan mengambil keputusan untuk memakan makanan itu.
Ketahuilah bahwa Yesus telah menanggung dosamu sebelum engkau lahir. Kini setelah anda mengetahuinya anda hanya diminta untuk melakukan satu hal, yaitu dengan iman menyerahkan dosa anda kepadanya dengan mengaku bahwa anda adalah orang berdosa dan menyatakan menyambut kebaikan hatinya menggantikan anda menerima penghukuman.
Alkitab berkata bahwa semua itu dilakukan dengan iman, bukan dengan kekuatan kita. Keselamatan itu anugerah Allah yang telah Tuhan Yesus kerjakan untuk kita. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah. Efesus 2:8.
Maukah anda dengan iman mengatakan bahwa: Anda adalah orang berdosa dan anda berterima kasih kepada Yesus yang telah menggantikan anda? Sangat sederhana, namun keputusan ini sangat penting. Keputusan ini akan menentukan kepastian keselamatan jiwa anda.
Ucapkanlah! Yesus, saya mengaku bahwa saya seorang berdosa. Terima kasih atas pengorbananmu di kayu salib. Saya menyambutMu sebagai Juruselamat saya. Amin.

Apakah bidat itu ?

0 komentar

Apakah bidat itu ?

Bidat adalah suatu pemutarbalikan, suatu distorsi (penyimpangan) atas agama Kristen yang alkitabiah dan/atau suatu penolakan terhadap ajaran-ajaran historis  gereja Kristen.
Tuhan Yesus dan Rasul Paulus memperingatkan bahwa akan datang kristus-kristus palsu dan injil palsu yang akan mencoba mengelabui jemaat/gereja yang benar dan dunia (lihat Mat.24: 23-26) sebagai berikut:
Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat Mesias ada disini, atau Mesias ada disana, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu. Jadi apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya (Bandingkan Mrk. 13: 21-23).
Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran…(II Kor. 11: 13-15).
Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. … Jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia (Gal. 1: 8-9).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bidah (Referensi dari penerjemah) adalah:
perbuatan yang dikerjakan tidak menurut contoh-contoh yang sudah ditetapkan, termasuk menambah atau mengurangi ketetapan; …

Walter Martin memberikan sebuah definisi yang bagus tentang bidat ketika menyatakan:
Kalau begitu, sebuah bidat, adalah sekelompok orang yang mempertentangkan sekitar interpretasi (penafsiran) seseorang atas Alkitab dan bercirikan penyimpangan-penyimpangan besar dari agama Kristen ortodoks sehubungan dengan doktrin-doktrin pokok iman Kristen, khususnya tentang fakta bahwa Tuhan menjadi manusia di dalam Yesus Kristus  (Walter Martin, The Rise of the Cults, hal. 12).

Mengapa Bidat Bisa Berhasil Dengan Baik?
Kita hidup pada masa dimana bidat-bidat menunjukkan pertumbuhan yang sangat cepat. Misalnya:

Jemaat  Mormon telah berkembang dari 30 anggota pada tahun 1830 menjadi lebih dari 4.000.000 pada April 1978, dan tingkat pertumbuhannya adalah suatu fenomena religius. Pada 1900 jumlah gerejanya 268.331; pada 1910: 393.437; 1920: 526.032; 1930: 672.488; 1940: 862.664; 1950: 1.111.314; 1960: 1.693.180; 1962: 1.965.786; 1964: 2.000.000 lebih anggota; dan pada 1976 proyeksi mereka untuk tahun 2000 adalah lebih dari 8.000.000 anggota (Walter Martin, The Maze of Mormonism, hal. 16).
Kita percaya ada beberapa alasan mendasar orang-orang bergabung dalam bidat-bidat dan mengapa mereka bisa berhasil dengan baik.
Bidat-bidat Memberikan Jawaban
Sebuah alasan utama bidat-bidat bisa maju adalah bahwa di dalam sebuah dunia yang tidak pasti, mereka memberikan jawaban otoritatif  atas pertanyaan dasar manusia: Siapa saya? Mengapa saya disini? Kemana saya akan pergi?
Max Gunther, seorang penulis, menggambarkan seorang wanita muda yang dalam keadaan menyedihkan, hal yang umum terjadi dalam generasi kita. “Saya pikir akan menjadi seorang jururawat, tetapi saya tidak yakin. Saya pikir agama Kristen sangat berarti bagi saya, tetapi saya juga tidak yakin akan hal itu. Rasanya saya harus menemukan seseorang yang dapat memberikan saya jawaban pasti : ya atau tidak, seseorang yang mempunyai jawaban pasti dan dapat menyakinkan saya” (Today’s Health, Februari 1976, hal. 16).
Sayang sekali, wanita muda ini akhirnya bergabung dengan sebuah bidat yang menjanjikan jawaban baginya. Ia mengatakan demikian, ”Saya berulang kali menanyakan mereka dan mereka selalu tahu jawabannya – maksud saya, mereka benar-benar tahu apa yang saya tanyakan.” Sebab itulah bidat-bidat menawarkan kepastian dan jawaban-jawaban mudah kepada mereka yang mengalami kekecewaan dengan kenyataan hidup mereka.
Bidat-bidat Memenuhi Kebutuhan Manusia
Bidat-bidat juga dapat maju karena mereka menarik kebutuhan dasar manusia. Kita semua ingin dikasihi, merasa dibutuhkan, merasa bahwa hidup kita ada tujuan dan maknanya. Orang-orang yang mengalami krisis identitas atau yang mempunyai permasalahan emosional secara khusus rentan dengan bidat-bidat. Dalam kesulitan-kesulitan demikian, banyak bidat menawarkan suatu perasaan yang dapat diterima dan petunjuk kepada orang-orang yang tidak menaruh curiga itu.
Selanjutnya, kita semua mempunyai suatu keinginan dasar untuk mengetahui dan melayani Tuhan. Dalam hal ini bidat mengambil kesempatan dengan menawarkan suatu solusi yang siap-pakai, tetapi yang pada akhirnya mengecewakan. Kebanyakan bidat mengajar para pengikutnya apa yang harus dipercayai, bagaimana berperilaku, dan apa yang harus dipikirkan, dan menekankan ketergantungan pada kelompok atau pemimpinnya demi stabilitas emosional mereka. Passantino memberikan contoh akan hal ini sebagai berikut:  
Seseorang yang bergabung dengan suatu bidat biasanya bukan karena mereka telah melakukan suatu analisis mendalam atas agama-agama dunia dan memutuskan bahwa suatu bidat tertentulah yang menjadi perwujudan  theologi terbaik yang ada. Sebaliknya, seseorang biasanya masuk sebuah bidat karena ia mempunyai permasalahan yang susah dipecahkan, bidat menjanjikan pemecahan masalahnya.Permasalahan tersebut biasanya adalah hal emosional.
Kami berbicara dengan pria muda yang baru saja keluar dari angkatan bersenjata, tetapi selama seminggu belum juga dibebastugaskan, dan ia telah bergabung dengan Children of God (the Family of Love) serta  menyumbangkan US $ 100. Ia mengatakan bahwa ia kesepian, ingin melayani Tuhan, dan tidak tahu harus kemana dan harus melakukan apa. The Family of God menggunakan kesepiannya, memenuhinya dengan kasih dan perhatian, dan hampir memperoleh kesetiaan sejatinya.
Untunglah ibunya memanggil kami dan kami berbicara dengannya, dan kira-kira satu jam ia melihat betapa sesatnya bidat itu dan memutuskan tidak bergabung. Kami mendesaknya untuk bergabung dengan suatu kelompok belajar Alkitab kecil yang baik dan melibatkan diri dalam sebuah gereja yang teguh. Tanpa dasar Kristen yang baik dan hubungan yang dekat dengan orang Kristen lainnya, ia tetap akan menjadi calon sasaran bidat (Robert dan Gretchen Passantino, Answers to the Cultist  at Your Door, Harvest House, Eugene, Oregon, 1981, hal. 22-23).

Bidat-bidat Menciptakan Kesan yang Menyenangkan
Bidat-bidat dapat berhasil karena orang-orang Kristen kadang-kadang gagal memberikan pengaruh  vital kepada dunia. Pierre Berton mencatat dengan tajam:

Virus yang telah melemahkan gereja selama lebih dari satu generasi bukanlah virus dari hasrat anti-agama, tetapi karena kekurangan yang amat sangat … Gereja dalam menghadapi para lawannya telah menjadi seperti orang-orangan sawah, sama sekali tidak berwibawa …Kebanyakan pelayan Tuhan hampir tidak dihargai lagi perkataannya, pendapatnya, perbuatannya, atau cara hidupnya oleh orang-orang ‘Kristen KTP’ dan orang non-Kristen yang membentuk masyarakat (Pierre Berton, The Comfortable Pew, Philadelphia: J.B. Lippincott, 1965, hal. 15-16).
Jika gereja gagal memberikan kehangatan rohani dan suatu eksposisi kebenaran Firman Tuhan dengan seksama dan teliti, mereka yang mempunyai kebutuhan rohani akan mencari jalan mudah lain untuk memenuhi kebutuhan itu. Banyak bidat menyambar orang-orang yang tidak tahu itu, dan mencoba mengesankan orang-orang yang tidak mempunyai informasi itu dengan keilmiahan palsu.
Sebuah contoh adalah pemimpin “The Way International,” Victor Paul Wierwille, yang mengutip banyak sekali sumber dari Ibrani dan Yunani sebagai usaha untuk memberi kesan keilmiahan.
Orang-orang Saksi Yehovah yang datang ke rumah-rumah juga ingin memberikan suatu kesan serupa tentang keilmiahan itu. Untuk melawan semua ini, orang percaya harus memahami apa yang dipercayainya dan mengapa ia mempercayainya sehingga ia dapat mengungkap ajaran-ajaran bidat-bidat itu.
Banyak orang yang terlibat di dalam bidat dibesarkan di gereja-gereja Kristen tetapi tidak diajarkan doktrin dasar Kristen, sehingga mereka diseret oleh para bidat itu. Chris Elkins, seorang bekas anggota Unification Church “Moonies”, mengungkapkan:
Dalam kebanyakan bidat, sekelompok  mayoritas anggota meninggalkan jalur pokoknya, yaitu gereja denominasinya. Barangkali usaha gereja untuk menjelaskan mengapa  para  anggotanya  keluar dan bergabung dengan bidat adalah dengan mudah mengatakan bahwa mereka mengalami ‘cuci-otak’ (‘brainwashing’).
Saya berpendirian bahwa sebenarnya ‘brainwashing’ bukanlah permasalahannya. Dalam banyak kasus sulit  kita  memisahkan unsur tertentu  didalam metodologi bidat yang tidak muncul sebagai bentuk tertentu seperti ada dalam gereja-gereja umumnya. Bagi orang Kristen, masalah utama dengan bidat adalah masalah theologi
Di antara kita banyak yang sudah menerima Kristus pada usia muda. Kita memiliki pemahaman seperti seorang anak tentang Yesus, Alkitab dan keselamatan.
Ini tidak menjadi masalah bagi anak-anak dan orang Kristen baru. Tetapi banyak di antara kita, orang-orang Kristen lama, masih seperti bayi-bayi secara rohani. Kita belum belajar untuk makan sendiri, sangat kekurangan dari siapapun (Christian Life, Agustus 1980).
Share and Enjoy:

BIDAT (Ajaran Sesat)

0 komentar
I. Pengertian Bidat


Apa yang dimaksud dengan bidat? Bidat (Bhs Inggris: Heresy, Yunani: hairesis) muncul 9 kali dalam Perjanjian Baru. Menurut kamus Yunani karya monumental W.F Arndt dan F.W. Gingrich yg diterjemahkan oleh W. Bawer's, semula kata ini bersifat netral, tanpa konotasi negatif, yaitu dimengerti sebagai kelompok/sekte, opini, dogma (BAG 23-24).

Dengan demikian, dalam Perjanjian Baru (PB) dikenal sekte orang Saduki (Kis. 5:17) dan sekte orang Farisi (Kis. 15: 5; 26:5) yang dibentuk dari kelompok Judaisme. Sekte orang Saduki adalah kelompok yang menolak hal-hal yang bersifat supernatural, seperti ajaran tentang kebangkitan, hidup kekal, juga adanya malaikat. Sedangkan sekte orang Farisi adalah mereka yang percaya kepada hal-hal tersebut di atas, dan digambarkan di dalam PB sebagai kelompok yang sangat memegang tradisi nenek moyang, mengerti dan memelihara Kitab Taurat secara kaku. Karena itu, kelompok ini sering bertentangan dengan Tuhan Yesus, serta memusuhiNya.

Perlu diperhatikan bahwa kata yang sama, yaitu sekte, juga digunakan oleh non Kristen terhadap kekristenan. Sebagai contoh, kita dapat membaca tuduhan yang diberikan kepada R. Paulus: "Telah nyata kepada kami bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia yang beradab, dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari sekte orang Nasrani (Kis. 24: 5, lihat juga 14; 28: 22).

Jadi jika pada mulanya pengertian "hairesis" adalah aliran, opini atau dogma, kemudian aliran atau sekte ini diindikasi sebagai aliran yang menyesatkan( I Eph 6:2; I Tr 6:1; Epil Mosq 1, hal ini bisa juga dibaca dalam tulisan Justin). Dalam tulisan rasul Paulus, aliran ini disebut menimbulkan perpecahan yang perlu diwaspadai. Karena itu, bidat dapat juga dimengerti sebagai kelompok dalam gereja yang memecahkan diri karena alasan-alasan tertentu (band. 1Kor.11: 19; Gal.5: 20). Dalam Tit.3: 10 kata ini digunakan untuk orang tertentu. Rasul Paulus menulis: "Seorang bidat yang sudah satu dua kali kau nasehati, hendaklah engkau jauhi. Engkau tahu bahwa orang yang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri" (Tit.3: 10-11).



II. Bidat dalam PB dan sesudah zaman PB


Dalam tulisan ini, kita mendefenisikan bidat sebagai sekte, kelompok atau gerakan dengan ajaran yang menyimpang dari ajaran utama, sebagaimana diajarkan oleh Alkitab dan tradisi Gereja mula-mula. Yang kita maksud dengan ajaran utama di sini adalah seperti ajaran tentang Allah, Kristus, Roh Kudus serta Keselamatan. Tentu saja, dengan defenisi ini, sebelum kita membahas terlalu jauh, kita perlu mengingat penegasan ahli sejarah Gereja, Williston Walker:

"Not every deviation from tradition, however, could be called heretical… practically speaking, therefore, the identification of what counted as heresy was a matter of papal decree". (Walker hal. 300).

Dalam PB, penggunaan kata bidat dalam arti penyimpangan terhadap ajaran sebagaimana kita sebut di atas, pertama kali dapat ditemukan dalam 2Pet.2: 1, di mana di sini rasul Petrus menegaskan adanya guru-guru palsu. Petrus menulis: "Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka sendiri" (2Pet.2: 1).

Sebernarnya, kita melihat bahwa ada dua kelompok bidat yang paling menonjol dalam PB. Pertama, kelompok Gnostik Yahudi (Kol.2: 8-23) dan Dosetisme (1Yoh.4: 2,3 dan 2 Yoh.7). Kita sebut Gnostik Yahudi, karena sekalipun faham Gnostik baru muncul pada abad kedua, namun benih ajaran tersebut telah ditemukan pada masa PB. Ajaran Gnostik sulit dirumuskan secara tepat. Hal ini disebabkan adanya berbagai variasi dan keragaman pengajaran mereka. Yang jelas, mereka tidak menerima otoritas Alkitab Perjanjian Lama (PL), tidak mengakui bahwa keselamatan adalah melalui Kristus. Umumnya mereka menolak ajaran tentang Kristus yang datang menjadi manusia serta menderita di kayu salib. Bagi kelompok ini, keselamatan adalah melalui kemampuan untuk mencapai satu tingkat pengetahuan tertentu yang disebut the secret gnosis. Sedangkan ajaran dosetisme adalah pengajaran yang menolak kesejatian tubuh Kristus. Bagi kelompok ini, tubuh Kristus hanya bersifat maya. Kata "dokew" dalam bahasa Yunani berarti kelihatannya (it seems), jadi kelihatannya Kristus memiliki tubuh manusia, padahal sebenarnya tidak demikian. Pengajaran ini tentu dipengaruhi oleh pemahaman bahwa semua yang bersifat materi (termasuk tubuh) adalah hina serta penyebab dosa. Tubuh dianggap penjara jiwa. Karena itu, manusia harus melepaskan diri dari tubuh jasmaninya.

Alkitab menegaskan bahwa pemahaman tersebut tidak benar. Karena itulah, rasul-rasul, khususnya Paulus dan Yohanes banyak melawan ajaran tersebut dalam surat-suratnya.

Lalu apa yang terjadi sesudah zaman rasul-rasul? Kita juga melihat munculnya bidat-bidat baru. Itulah sebabnya, sebenarnya dapat dikatakan bahwa sejarah Gereja adalah juga sejarah bidat-bidat. Karena itu, tema di atas sesungguhnya merupakan sesuatu hal yg sangat sulit untuk dibahas, karena itu sering dihindari. Kita dapat maklum, karena kalau kita membaca kitab Sejarah Gereja yg begitu tebal yang ditulis oleh Williston Walker, atau yang ditulis berjilid-jilid serta tebal-tebal (hampir selusin) oleh Philip Schaff, kita akan melihat bahwa kehadiran bidat dalam sejarah Gereja begitu rumit. Kita tidak mungkin mendiskusikan apa yang terjadi pada Montanisme dan Gnostiksisme di abad kedua serta the Cathars,Waldensians, Skolastiksisme di abad pertengahan hingga liberalisme di abad 19.


Karena itu, hanya beberapa dari bidat tsb kita sebutkan di bawah ini.

Pertama, bidat di sekitar ajaran Kristus (Kristologi). Kita memassukkan ke dalam kelompok ini aliran Apollinarisme yang mengajarkan bahwa Kristus tidak memiliki roh manusia, tetapi Logos menggantikannya.

Selanjutnya Eutychianisme yang mengajarkan bahwa Yesus tidak memiliki tubuh manusia, karena kemanusiaan Yesus hilang ditelan Logos. Sedangkan Monothelistime mengajarkan bahwa Kristus tidak memiliki kemauan insani, tetapi hanya kemauan Allah.

Kedua, kita juga melihat adanya bidat di sekitar ajaran Tritunggal.
Salah satu bidat yang cukup banyak mempengaruhi ajaran Tritunggal jemaat di Indonesia adalah Sabellianisme atau Modalisme. Kelompok ini menerima ajaran Tritunggal tetapi tidak sesuai dengan pengajaran Alkitab.

Kelompok ini mengajarkan bahwa yang dimaksud dengan ajaran Tritunggal adalah Allah yang menyatakan diri dalam tiga cara, yaitu Allah Bapa yang berubah menjadi Allah Anak, serta Allah Anak yang berubah menjadi Allah Roh. Pengertian seperti inilah yang biasa digambarkan de gan air-es-uap.
Jadi, ajaran ini menyangkali adanya tiga oknum yang berbeda dalam Allah Tritunggal, yang dapat dibedakan sekalipun tidak dapat dipisahkan. Aliran lain yang juga termasuk di sini adalah Monarchianisme atau adoptianisme, Arianisme serta Macedonianisme. Monarchianisme menolak Tritunggal karena mereka ini mengajarkan bahwa Yesus bukanlah Allah sejati, tetapi Yesus menjadi Kristus pada saat Yesus dibaptis oleh Yohanes, dan kemudian Allah mengadopsi Yesus setelah kematianNya.

Demikian juga dengan Arianisme, menolak ajaran Tritunggal karena kelompok ini berpendapat bahwa Yesus bukan Allah melainkan ciptaan Allah yang pertama. Sedangkan Macedonianisme menolak ajaranAllah Tritunggal dengan alasan bahwa Roh Kudus merupakan ciptaan Allah juga.

Selanjutnya kita juga mengenal bidat di sekitar kanon Alkitab. Hal ini telah dimulai oleh Marcion di mana dia menolak seluruh kitab yang berbau Yahudi, seperti Injil Matius. Sebenarnya kita dapat menyaksikan bahwa dalam sepanjang sejarah Gereja, baik di abad permulaan hingga saat ini, kita terus melihat adanya kelompok yang menolak otoritas Alkitab, termasuk di sini adalah Neo Protestanisme serta liberalisme yang menolak pengilhaman dan Otoritas Alkitab.



III. Sikap Terhadap Bidat


Seringkali anggota jemaat bingung dan ragu dalam menyikapi hadirnya bidat atau aliran yang mengarah kepada bidat di Indonesia. Bahkan ada semacam pengertian bahwa setiap kelompok adalah benar, karena itu adalah salah dan berdosa bila meragukan atau menentang aliran tersebut.

Padahal, kita dapat menyaksikan bahwa rasul-rasul seperti Paulus dan Yohanes memberikan sikap yang sangat jelas dan tegas terhadap segala penyelewengan dan penyimpangan ajaran yang benar. Itulah sebabnya kita dapat membaca tulisan mereka serta tulisan dari Bapak2 Gereja cukup banyak berisi peringatan terhadap ajaran2 bidat ini. Sebagai contoh adalah Ignatius yang menganggap pengajar2 sesat ini sebagai pemabuk (Trall.6: 1-2) dan beruang ganas (Eph.7:1). Sedangkan Ireneus menulis "Against Heresies" untuk melawan berbagai pengajaran Gnostik di abad kedua. Karena itu, Ireneus memperingatkan orang2 Kristen untuk menghindari setiap pengajaran yang tidak murni dan menyesatkan.

Selanjutnya, Clement dari Alexandria melihat adanya sifat kedagingan yang berdosa sebagai penyebab munculnya bidat. Dia menegaskan bahwa ajaran bidat memancar dari keserakahan pribadi, keinginan yang sia-sia serta kesalahan menafsir Alkitab (Strom. VII. 15). Cyprian bahkan memberikan pandangan yang lebih tajam dan keras dengan mengatakan bahwa Setan menanamkan ajaran sesat dan perpecahan dalam Gereja untuk menghancurkan iman orang percaya, mencemarkan kebenaran serta memecah kesatuan (Unity of the Church 3).

Bagaimanakah Gereja mencegah dirinya dari ajaran sesat tersebut? Berbagai upaya dilakukan oleh Gereja mula-mula untuk menangkal pengajaran-pengajaran sesat.

Pertama, semua jemaat didorong untuk mengikuti pemimpin masing2. Maka di sini terlihat peran pemimpin Gereja, seperti Penilik untuk memelihara jemaat masing-masing. Hal ini sebenarnya sudah terlihat dari tulisan rasul Paulus di mana Paulus misalnya mengirim Timotius untuk menggembalakan jemaat di Efesus. Dengan demikian slogan: "Follow your pastors/leaders" menjadi sangat terkenal pada Gereja mula-mula. Tetapi bagaimana kalau ada kelompok atau jemaat yang belum memiliki Penilik atau semacam pendeta jemaat? Karena itu sangat dirasakan pentingnya kehadiran Kitab Suci sebagai buku pegangan umat. Inilah cara kedua untuk menangkal bidat: mengupayakan proses kanonisasi Alkitab. Sekalipun proses kanonisasi ini berlangsung sangat sulit dan memakan waktu yang sangat lama, namun usaha itu tetap dilakukan. Kita tahu bahwa seluruh kitab-kitab dalam Perjanjian Baru sebenarnya telah selesai ditulis pada abad pertama. Meskipun demikian, barulah abad keempat proses pengkanonan dianggap selesai, di mana Gereja mula-mula akhirnya menerima Alkitab PL sebanyak 39 kitab, dan PB sebanyak 27 kitab. Sejak saat itu, sekalipun masih ada upaya-upaya untuk untuk merekanonisasi Alkitab, usaha tersebut tidak pernah diterima oleh seluruh Gereja Tuhan. Hal ini terbukti hingga saat ini kita tetap menerima kanon tersebut di atas. Jadi, dari sini kita dapat melihat bahwa sesungguhnya Alkitab yang terdiri dari 66 kitab merupakan harta Gereja yang sangat berharga. Kita dapat meyakini bahwa itu sesungguhnya merupakan karya besar Roh Kudus melalui GerejaNya.
Karena itu, adalah merupakan suatu keharusan yang wajar bagi setiap anak-anak Tuhan untuk sungguh-sungguh menghargai serta mempelajari harta yang sangat indah dan berharga tersebut.

Selanjutnya, sekalipun Kanon Alkitab tersebut telah diterima, namun masih dianggap kurang untuk menangkal bidat-bidat yang muncul. Mengapa? Karena Alkitab yang terdiri dari 66 buku tersebut dianggap terlalu luas
dan tidak mengajarkan inti sari iman yang cukup jelas. Karena itu, muncullah cara ketiga yaitu merumuskan "the rule of faith" di mana disini ditegaskan ajaran-ajaran yang dianggap sangat penting. Gereja mula-mula mempertahankan dirinya dengan berpegang kepada pengakuan-pengakuan iman. Karena itu Ireneus menyerukan bahwa bidat-bidat tidak mengikuti baik Kitab Suci, maupun pengajaran Gereja mula-mula yang bersumber dari pengajaran rasul-rasul, yang dipelihara dalam Gereja secara turun temurun (Against Heresies III.2). Demikian juga, Tertullian menegaskan bahwa tidak mengetahui apapun dari ajaran bidat yang bertentangan dengan pengakuan iman sebenarnya sama dengan mengetahui semuanya (Prescription of Heretics 7).

Pengajaran yang ketat dari "the rule of faith" mengakibatkan semakin mudahnya menolak ajaran bidat, dan mendefenisikan iman, seperti pengakuan iman rasuli, pengakuan Nicea, Pengakuan Kalsedon, Pengakuan Atanasius.Selanjutnya, dari masa Reformasi aliran protestan telah membedakan ajaran yang benar dari bidat dengan munculnya pengakuan2 dan pernyataan2 seperti Formula of Concord, the Thirty nine Articles, and
the Westminster Confession.



IV. Ciri-ciri bidat atau ajaran yang mengarah kepada bidat


Setelah membahas hal tersebut di atas, maka kita perlu menyimpulkan beberapa hal penting dan praktis tentang ciri-ciri bidat, atau ajaran yang mengarah kepada bidat. Dengan demikian diharapkan bahwa kita dapat mencegah diri dari bidat, atau kemungkinan menjadi bidat.


1. Memiliki Injil atau 'kabar baik' yang berbeda.

Dalam Galatia 1: 8-9 ditulis mereka mengikuti Injil lain (heteron euanggelion) yang sebenarnya bukan Injil (ouk allo). Jadi menarik sekali memperhatikan ayat tersebut di atas, di mana rasul Paulus tetap menggunakan istilah kabar baik (Injil lain) terhadap pengajaran sesat tersebut. Dengan demikian kita melihat bahwa ajaran sesat pun tetap memiliki sesuatu 'kabar baik'. Sebenarnya hal itulah yang membuat jemaat tetap tertarik, bahkan karena 'kabar baik' itu begitu diiklankan serta dipromosikan, maka jemaat biasa atau awam pun datang berbondong-bondong.

Tidak heran, Tuhan Yesus juga menegaskan bahwa penyesat itu akan datang seperti serigala berbulu domba. Kelihatannya tulus, lugu serta tidak menakutkan; tetapi begitu kita menyerahkan diri, kita habis ditelannya.


2. Injil plus; artinya, memiliki Kitab Suci yang sama, tetapi ditambah dengan kitab-kitab lain yang memiliki kuasa atau otoritas yang sama dengan Alkitab. Bandingkan dengan kitab Mormon dengan ajaran Joseph Smith, demikian juga dengan aliran saksi Jehova dengan Watch Towernya.
Pengajar-pengajar saksi Jehovah tersebut memang membawa Alkitab juga ke rumah-rumah yang didatanginya. Namun, kemudian, mereka akan mempengaruhi jemaat dengan segala tipuan licik mereka yang mereka tuliskan pada majalah tersebut di atas.


3. Injil minus, artinya ,memiliki Kitab Suci yang sama tetapi sebagian dari Alkitab tersebut dikeluarkan karena tidak sesuai dengan ajaran yang mereka anut. Bandingkan Marcionisme yang mengeluarkan kitab2 yang berbau Yahudi seperti Injil Matius. Saat ini cukup banyak mahasiswa dan persekutuan jemaat yang dibingungkan oleh ajaran PSTMRG yang menyerang adat istiadat serta menganggapnya berhala. Ketika saya berdialog dengan orang ini, saya menantangnya dengan menunjukkan sikap Paulus. Tetapi dengan tegas dia mengatakan: "Saya tidak menerima Paulus, saya adalah pengikut Tuhan Yesus". Kemudian dia menjelaskan tulisan-tulisan rasul
Paulus yang menurut dia menyesatkan. Ada lagi issu belakangan ini yang dimunculkan, yaitu masalah nama Yesus yang tidak boleh disebut Allah, karena menurut dia Allah berasal dari ilah. Karena itu, kelompok ini mengusulkan menyebut Allah sebagai Jehova saja.


4. Penekanan pada formalitas ibadah, seperti menciptakan aturan2 baru yang bersifat kaku, membuat larangan2 baru, di mana ini dianggap sebagai Injil (Bandingkan Kol.2: 16, 21-23). Saya teringat adanya kelompok yang mewajibakan jemaat mereka memakai kerudung, tidak boleh pakai cincin.

Ada juga jemaat yang memberi nama-nama baru kepada anggotanya, ada lagi yang memberi pangkat-pangkat baru yang sebenarnya tidak ada dalam Alkitab. Sehingga tepatlah apa yang dikatakan oleh rasul Paulus bahwa mereka ini mengejar bayangan Kristus, tetapi bukan Kristusnya. Paulus menulis: "Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi" (Kol.2: 23) Mengapa? Karena mereka ini sesungguhnya tidak berpegang teguh kepada Kepala, yaitu Kristus" (ayat 19). Jadi, penekanan dan kecenderungan kelompok ini adalah pada kulit, bukan kepada isi. Sedangkan ajaran yang benar akan memusatkan diri kepada Kristus dan ajaranNya (Kol.2: 17,19).. Jika hal ini terjadi, maka marilah kita lihat tahapan kejatuhan mereka sebagaimana dikatakan Paulus kepada jemaat di Roma: "Sebab oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.

5. Kecenderungan kepada ibadah yang bersifat supranatural. Rasul Paulus menulis ciri mereka ini: beribadah kepada malaikat, berkanjang kepada penglihatan2, dll. Bandingkan dengan Mat.24: 24 Di sini Tuhan Yesus menjelaskan kesesatan yang disertai dengan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat. Rasul Paulus menulis dalam 2Tes.2: 2 adanya ilham roh (lihat juga ayat 9). Mungkin sebagian dari kita mengetahui dan mengingat apa yang dituliskan oleh sebuah koran beberapa tahun lalu, yaitu adanya kelompok di salah satu wilayah Jakarta Selatan. Mereka ini katanya beribadah kepada malaikat dan dalam ibadah penyembahan, mereka memadamkan semua lampu. Dalam ibadah ini akan diberikan nubuatan nubuatan baru, serta penglihatan-penglihatan baru. Mereka ini tetap tinggal di sebuah rumah, mengisolasi diri dari masyarakat sambil menanti kedatangan Kristus. Tetapi apa yang terjadi? Bukan Kristus yang datang, yang datang adalah polisi dan membubarkan kelompok tersebut!


6. Pelayanan yang membesarkan diri sendiri (Kol.2: 18b). Kita ha rus sungguh-sungguh mewaspadai type pengkhotah yang cenderung berfokus pada diri sendiri: banyak menceritakan diri sendiri seperti adanya penglihatan, pengangkatan ke sorga. Kita juga harus mewaspadai gaya berkhotbah yang banyak menggunakan kalimat "Tetapi saya berkata kepada saudara…tetapi saya berkata kepada saudara… tetapi saya berkata kepada saudara". Pengkhotbah seperti ini sadar atau tidak telah menciptakan kultus individu, telah membuat otoritas khotbah berada pada "sang aku", bukan pada Allah dan firmanNya. Padahal, nabi-nabi dalam PL sekalipun -yang sebenarnya sedemikian dipimpin Roh dan sedemikian berkuasa dalam khotbah mereka- tidak menggunakan gaya seotoritatif itu. Sebagai contoh; kita membaca dalam kitab Yeremia, "Beginilah firman Tuhan…" (Yer. 17: 5). Sebenarnya, bila kita memperhatikan khotbah Penginjil Billy Graham yang sangat terkenal itu, kita akan menemukan model yang sama mengikuti nabi Yeremia tersebut. Kita dapat mendengar khotbahnya, atau membaca tulisannya dengan kalimat "The Bible says… the Bible says…the Bible says". Sebenarnya, khotbah yang berpusat kepada Tuhan dan FirmanNya tersebut di atas bukan hanya pola PL, tetapi juga pola PB. Itulah sebabnya pengkultusan individu tersebut di atas sangat kontras dengan pernyataan Yohanes, "Dia harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil" (Yoh 3: 30,). Demikian juga Tuhan Yesus menegaskan bahwa "Roh Kudus pun tidak berkata-kata tentang diriNya sendiri… Ia akan memuliakan Aku" (Yoh.16: 13c-14a).




Disalin dari tulisan : Mangapul Sagala
http://www.mangapulsagala.com/articles.php?cat_id=12

Ajaran-ajaran Bidat Kristen Tentang Keselamatan

2 komentar
NOMIANISME

Nomianisme adalah bidat yang mula-mula muncul dalam sejarah gereja. Bidat ini menganut paham bahwa jika seseorang mau diselamatkan, khususnya orang kafir haruslah ia disunat, masuk agama Yahudi dan menerima hukum Taurat, dengan demikian barulah ia memperoleh keselamatan.

Orang-orang Nomianisme ini tidak menyangkal anugerah Tuhan, melainkan berpendapat bahwa seseorang setelah menerima anugerah ini, haruslah berpegang juga kepada perbuatan untuk memperoleh keselamatan. Oleh karena masalah ini, maka dalam sejarah untuk pertama kalinya gereja menyelenggarakan konferensi dengan mengambil tempat di Yerusalem. Kelihatan Sidang ini diketuai oleh Yakobus, saudaranya Tuhan dan para rasul sebagai penasehat. Di sini pula untuk pertama kalinya teolog-teolog Kristen mengadakan perdebatan tentang teologia Kristen.

Akhir dari konferensi tersebut, Petrus mengumumkan, "Hai saudara-saudara, kamu tahu bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengarkan berita Injil dan menjadi percaya. Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. Kalau demikian, mengapa kamu mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri ? Sebaliknya, kita percaya bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga (Kis. 15:7b-11).

Pengumuman yang merupakan pernyataan ini dengan jelas menyatakan bahwa teolog-teolog aliran murni diantaranya Rasul Paulus memperoleh kemenangan gemilang, sehingga gereja diselamatkan dari ajaran sesat yang berbahaya ini. Dengan demikian, hasil konferensi memutuskan Nomianisme sebagai ajaran yang salah dan juga sekali lagi ditegaskan bahwa keselamatan manusia berdasarkan kasih karunia Allah dan iman.

Meskipun dalam pergumulan kali ini, teolog-teolog aliran Ortodoks memperoleh kemenangan, tetapi kegagalan ini tidak membuat bidat Nomianisme bertobat, melainkan mereka terus bergerak dan menyusup ke dalam gereja dengan tujuan merusak ajaran murni gereja. Tujuan Paulus menulis surat kepada Jemaat di Galatia adalah untuk melawan bidat Nomianisme. Sebab itu Paulus mengatakan, "Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorang pun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat." (Gal 2:16).


ASETISISME


Kira-kira hampir bersamaan dengan bangkitnya Nomianisme, di gereja Kolose mulai timbul satu bidat lain yang disebut Asetisisme. Bidat ini memegang paham bahwa keselamatan akan diperoleh, jika orang tersebut mau mengekang hawa-nafsu dan hidup dengan cara menyiksa diri. Mereka menetapkan peraturan-peraturan yang harus ditaati. Kemudian peraturan-peraturan ini menjadi standar atau ukuran untuk keselamatan. Dengan demikian bidat ini meremehkan karya keselamatan yang sudah terjadi di atas salib. Mereka tidak mengakui "DISELAMATKAN" dan "DIKUDUSKAN" merupakan "ANUGERAH".

Dalam suratnya kepada Jemaat di Kolose, Rasul Paulus dengan keras mengatakan, "Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia: jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini; semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia. Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi." (Kol. 2:20-23).

Sebenarnya latar-belakang timbulnya Asetisisme berasal dari satu pikiran filsafat yang baru muncul pada waktu itu. Pikiran filsafat ini dikenal dengan sebutan Gnostisisme. Orang-orang Gnostik beranggapan bahwa materi itu jahat, sebab itu tidak mungkin Kristus mau menjelma sebagai manusia dan mempunyai tubuh materi; dan mereka juga beranggapan bahwa orang yang mau mendapat keselamatan harus melepaskan diri dari ikatan materi dan hidup dalam kesucian.


EBIONISME


Bidat ini timbul pada permulaan abad kedua, kira-kira pada tahun 107 M. Tokohnya adalah seorang pemimpin salah satu kelompok Yahudi Kristen yang bernama Ebion yang berarti "miskin" atau "rendah hati". Kelompok ini berkeyakinan bahwa orang diselamatkan harus berpegang pada hukum Taurat. Bidat ini sama dengan Nomianisme abad pertama, tetapi berbeda pandangan mengenai Yesus Kristus.


PELAGIANISME


Pelagius (360-415) adalah rahib Britania yang tinggal di Roma. Pada tahun 410, ia bersama muridnya pindah ke Afrika Utara. Jalan pikiran teologianya sebagai berikut : Ia menolak Alkitab adalah wahyu Allah. Menurutnya tiap orang dilahirkan tanpa cacat (dosa), keadaan manusia sama seperti keadaan Adam semasa di taman Eden. Dengan kata lain, ia tidak mengakui keberadaan akar dosa atau dosa keturunan. Menurutnya keberadaan dosa, bukan pada tabiat manusia, melainkan dalam kehendaknya. Setiap kali kehendak manusia bermaksud jahat, maka pada waktu itulah manusia jatuh dalam dosa. Dosa Adam tidak mempengaruhi keturunannya, melainkan hanya mempengaruhi dirinya sendiri, tetapi teladan dosa Adam dan Hawa dengan mudah ditiru oleh generasi berikutnya. Kematian manusia bukan karena upah dosa, melainkan karena manusia tidak takluk di bawah hukum alam. Keselamatan bukan karena anugerah, melainkan akibat perbuatan kebajikan atau amal.

Terhadap pemikiran Pelagius ini, para uskup Roma mempunyai dua pendapat yang berlawanan. Ada uskup yang menyokong dan ada yang tegas menolak pemikiran Pelagius. Meskipun kemudian pada tahun 417, uskup Roma Innosent I memutuskan bahwa ajaran Pelagius sebagai bidat, tapi uskup kemudian mencabut keputusan tersebut.

Para uskup yang berkedudukan di Afrika Utara dengan tegas menolak keputusan atau sikap uskup Roma yang membenarkan ajaran Pelagius tersebut. Di antara uskup Afrika Utara yang paling keras menentang ajaran Pelagius adalah uskup Hippo yang bernama Augustinus.

Augustinus mengemukakan bahwa Allah menciptakan manusia dengan sempurna dan memiliki kehendak bebas. Manusia boleh memilih untuk patuh pada Tuhan atau patuh pada keinginan dan kehendak diri sendiri. Adam dapat tidak berbuat dosa, tapi ia tidak menggunakan kemungkinan ini, melainkan menuruti kehendak diri sendiri dengan melanggar firman Allah, sehingga jatuh dalam dosa. Karena kejatuhan ini, Adam dikuasai oleh dosa. Persekutuannya dengan Allah terputus, pertolongan dan rahmat Allah terlepas darinya. Sebagai akibat, ia harus mati karena perbuatan yang dilakukan. Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa upah dosa ialah maut (Rom. 6:23a). Sekarang ia tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat baik, melainkan apa yang dipikirkan dan dilakukan menjurus pada dosa. Menurut Augustinus, semua keturunan Adam berdosa juga (Rom. 5:12). Tubuh, jiwa dan Roh setiap manusia sudah diracuni oleh dosa yang menurun dari Adam. Setiap manusia disebut sebagai "Kaum Kebinasaan" yang tidak sanggup berbuat baik dan di bawah kutukan Allah dan akan menerima hukuman kekal. Tetapi karena rahmat dan kasih Allah, maka ia memilih sebagian manusia yang sudah ditentukan untuk mendapat anugerah keselamatan. Inilah permulaan pemikiran teologia "Predestinasi" (tujuan hidup dan akhir hidup manusia sudah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan) yang kemudian dikembangkan oleh John Calvin.

Dalam persidangan pada tahun 431 di Efesus dengan resmi diputuskan bahwa ajaran Pelagius adalah sesat.


KATARINISME


Bidat Katarinisme memegang ajaran dualisme yang ekstrem. Mereka berpendapat bahwa di dunia ini terdapat dua kekuatan yang saling berlawanan satu dengan yang lain. Dua kekuatan ini adalah "kebajikan" dan "kejahatan".

Dua materi yang ada sekarang ini adalah hasil ciptaan si jahat. Roh dan jiwa yang berasal dari Allah yang baik, ditawan dan dipenjarakan di dalam dunia ini. Hal ini terjadi akibat jatuhnya Adam dan Hawa ke dalam dosa, sehingga dosa menurun pada anak cucunya (manusia).
Malaekat yang jatuh ke dalam dosa, menjadi iblis dan mempunyai tubuh yang berbentuk. Sebab itu, segala yang berbentuk (materi) adalah jahat. Tuhan Yesus pada hakekatnya bukan bersifat materi, melainkan digolongkan pada sifat kebajikan. Kedua kekuatan ini sering bertemu dan bertarung.

Manusia hanya dapat mengalahkan kejutan, takluk pada kebajikan, jika ia memiliki "hati yang suci" atau "Katari". Untuk memiliki "hati yang suci" atau "Katari" ini, maka seseorang perlu "bertobat". Yang dimaksud dengan "bertobat" adalah menerima konsep pemikiran "Katari". Yang dimaksud dengan konsep pemikiran "Katari" adalah pengekangan hawa-nafsu dan menerima "Sakramen Penghiburan" (sebangsa dengan baptisan kudus).

Mereka berkeyakinan bahwa sakramen ini dapat mengampuni dosa dan menolong manusia untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Upacara sakramen penghiburan ini, dipimpin oleh orang yang sudah menerima sakramen ini. Pelaksanaan dilakukan dengan menaruh sejilid kitab Injil Yohanes di atas kepala. Dengan melaksanakan upacara ini, secara langsung menyatakan bahwa mereka telah bersatu dengan tekad Yohanes pembaptis, yaitu mengekang hawa nafsu. Mereka juga berpendapat bahwa upacara yang dilaksanakan ini sesuai dengan ajaran para rasul.

Orang-orang yang telah menerima sakramen penghiburan ini, disebut "Umat yang Sempurna". Para tokoh bidat ini berpendapat bahwa orang yang meninggal sebelum menerima sakramen penghiburan ini akan menitis kembali. Dalam penitisan, orang ini mungkin menjadi binatang, manusia dan lain-lain. Penitisan ini akan terjadi berulang-ulang, sampai ia menerima sakramen penghiburan ini. Dengan kata lain, orang yang belum menjadi "Umat yang Sempurna" tidak akan masuk surga !


LIBERTINISME


Menurut pendapat mereka di tengah-tengah dunia ini, hanya ada satu roh, yaitu : Roh Allah ! Sebab itu, tidak ada malaikat yang baik ataupun yang jahat. Dan tentu juga tidak ada iblis maupun setan.

Menurut mereka, hakekat dosa itu tidak ada. Konsep dosa hanyalah semacam khayalan. Arti keselamatan adalah melepaskan diri dari khayalan dosa.


SOSIRNUSISME


Bidat Sosirnusisme menolak kebenaran pengampunan karya Kristus di atas kayu salib, karena mereka berpendapat bahwa pengorbanan orang benar untuk menggantikan orang bersalah, sangat tidak adil ! Kematian Yesus di kayu salib, hanyalah untuk menyatakan ketaatanNya kepada Allah dan untuk dijadikan sebagai teladan. Meskipun pengorbanan Yesus sangat besar, tapi bukan sebagai pengganti, melainkan kewajiban dan keharusan. Menurut mereka, jika kematian Yesus dapat dijadikan pengganti, maka manusia boleh tidak bertanggung-jawab lagi di bidang etika-moral dan mereka tidak perlu lagi menuntut kesucian, keadilan dan sebagainya. Mereka mengakui manusia telah jatuh dalam dosa dan akan menerima hukuman. Diakui pula bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Untuk menolong manusia terhindar dari hukuman, maka Allah memberi Alkitab dan hidup Yesus sebagai teladan untuk ditaati, agar dapat menemukan dan memperoleh jalan menuju hidup yang kekal.


MORMON


Menurut orang-orang Mormon, Adam terpaksa berbuat dosa dengan makan buah pengetahuan baik dan jahat. Karena jika Adam tidak makan buah itu, maka ia tidak mungkin mengetahui hal yang baik dan jahat dan tidak mungkin pula ia mempunyai keturunan. Dengan demikian berarti ia tidak mentaati perintah Allah yang menghendaki manusia beranak-cucu untuk memenuhi bumi.

Perintah Allah yang terutama adalah beranak-cuculah dan perintah kedua adalah jangan makan buah terlarang. Adam demi mentaati perintah yang pertama, maka dengan terpaksa melanggar perintah yang kedua. Yang berbuat dosa, bukanlah Adam melainkan Hawa. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan rasul Paulus dalam I Tim. 2:14 yang berbunyi, "lagi pula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa."

Menurut pendapat mereka, kematian Yesus tidak dapat menyelamatkan orang lain, melainkan hanya Adam saja. Keselamatan yang sesungguhnya hanya diperoleh melalui ketaatan pada peraturan-peraturan, sakramen-sakramen dari Mormon dan perbuatan baik. Baptisan yang dilaksanakan pendeta Mormon dapat menghapus dosa. Dengan kata lain, baptisan merupakan syarat mutlak untuk mendapat keselamatan. Mereka juga mengajarkan bahwa anggota Mormon ini dapat menggantikan sanak famili yang sudah meninggal untuk dibaptiskan dan ini berarti pula bahwa orang yang sudah meninggal masih mempunyai kesempatan untuk diselamatkan, asalkan ada orang yang hidup mau dibaptiskan untuk mereka.


SAKSI YEHOVA


Keselamatan yang terdapat di dalam Yesus Kristus tidak dapat memberi hidup yang kekal, melainkan hanya membuka kesempatan untuk masuk kerajaan seribu tahun. Di dalam kerajaan seribu tahun ini, membuka kesempatan untuk memperoleh hidup yang kekal. Kematian Yesus Kristus di atas kayu salib tidak dapat menebus dosa umat manusia, melainkan hanya menebus dosa Adam saja. Alasan mereka adalah bahwa tidak mungkin satu jiwa yang dikorbankan dapat menebus seluruh umat manusia, melainkan satu jiwa yang dikorbankan hanya dapat menebus satu jiwa.


CHRISTIAN SCIENCE


Allah itu baik adanya dan alam semesta berwujud roh, maka dosa itu tidak mempunyai realitas. Dengan kata lain, dosa itu sebenarnya tidak ada. Sekarang manusia mempunyai perasaan akan keberadaan dosa disebabkan khayalan yang berasal dari rasa bersalah. Cara untuk menghilangkan perasaan tersebut dengan menyadari bahwa dosa tersebut tidak ada.

Darah Yesus yang dialirkan di bukit Golgota, meskipun terus mengalir sampai sekarang itu tidak mempunyai sangkut-paut dengan dosa manusia. Biar bagaimana besar dan hebatnya pengorbanan diri Yesus Kristus, tidak mungkin dapat membayar lunas hutang dosa manusia. Arti sebenarnya Yesus disalibkan adalah lambang pernyataan kasih allah terhadap manusia. Allah mempergunakan akal pikiranNya menciptakan segala sesuatu dan akal pikiran Allah itu baik adanya, maka segala sesuatu yang diciptakan tentu baik juga. Sebab itu doktrin untuk dilahirkan kembali itu tidak perlu dan tidak usah ada.


ARMSTRONGISME


Mereka tidak menyangkal perlunya kita percaya kepada Yesus Kristus, tapi untuk mendapat keselamatan tidak cukup dengan percaya kepada Yesus Kristus, melainkan juga bersandar pada ketaatan terhadap hukum dan tata ibadah yang terdapat dalam Perjanjian Lama. Pengajaran tentang keselamatan dari Armstrong, sama dengan doktrin dari bidat Nomianisme dan Assentisisme yang menambahkan keselamatan yang berdasarkan anugerah dan iman dengan perbuatan.


CHRISTIAN-UNITISME


Mereka menyangkal eksistensi dosa. Mereka berpandangan bahwa dosa itu hanyalah "Ketidakharmonisan dalam iman percaya" atau hanya "Konsep pemikiran" saja. Mereka menyatakan bahwa dalam dunia ini tidak ada dosa, tidak ada penyakit dan tidak ada kematian. Menurut mereka penebusan ayng dimaksud dalam Alkitab adalah persekutuan orang-orang di dalam Kristus dan Allah Bapa. Dengan kata lain, "penebusan" hanyalah keharmonisan antara pemikiran manusia dengan pemikiran Allah melalui Yesus Kristus.


LIBERALISME/MODERNISME


Manusia hanya merupakan sebagian dari proses evolusi, tetapi tidak mempunyai kehendak bebas. Manusia tidak pernah jatuh dalam dosa. Bukan saja tidak pernah berdosa, bahkan manusia makin hari makin maju dan akan mencapai kesempurnaan. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia, disebabkan oleh faktor situasi dan sosial. Jika faktor-faktor ini diperbaiki, secara otomatis manusia akan menjadi baik. Mereka sangat menitik beratkan perombakan-perombakan radikal di kalangan masyarakat. Karena sikapnya ini, maka gerakan mereka disebut gerakan "Social Gospel". Teori Evolusi Darwin sangat mempengaruhi, sehingga mereka berpandangan bahwa manusia berasal dari binatang, melalui proses evolusi akan mencapai kemajuan-kemajuan.

Menurut mereka, manusia harus berbuat baik, berbuat amal, karena perbuatan ini akan mempengaruhi keselamatan. Cerita tragis tentang Yesus mati disalib, tidak dapat diterima. Karena cerita ini berasal dari pengaruh tahyul abad pertengahan. Injil keselamatan dengan darah sudah ketinggalan jaman. Neraka itu tidak ada. Allah yang Mahakasih, tidak mungkin menghukum atau membinasakan makhluk ciptaanNya. Dengan demikian, pengajaran tentang penghakiman bagi mereka hanyalah isapan jempol saja.


UNIFICATION CHURCH


Dengan cara memberi dan menerima (persetubuhan) antara unsur negatif dan positif, Allah menciptakan manusia. Setelah itu dengan cara yang sama, Allah menyalurkan darah ilahi ke tubuh Hawa. Dengan cara yang sama juga Hawa menyalurkan darah ilahi ke tubuh Adam, sehingga mereka menjadi anak-anak Allah dan melahirkan keturunan anak-anak yang baik dan benar. Komandan malaekat (iblis) tidak tahan terhadap godaan Hawa yang seksi itu, sehingga mengadakan hubungan gelap (berzinah), sebagai akibatnya maka tersalurlah darah yang amoral (dosa) itu, sehingga menajiskan roh manusia. Kemudian dengan persetubuhan Hawa dan Adam (dianggap zinah juga), mengakibatkan kenajisan pada tubuh manusia. Dengan kenajisan roh dan tubuh, maka manusia mendapat keturunan yang jahat dan darah yang najis tersebut terus tersalur pada generasi berikutnya, sehingga bumi ini dipengaruhi oleh anak-anak iblis dan dunia ini di bawah kekuasaan iblis.

Untuk mengembalikan (memulihkan) keadaan yang tidak baik ini, maka pada dua ribu tahun yang lampau, Allah memilih seorang yang mengetahui isi hatiNya, yaitu : Yesus Kristus untuk melaksanakan pekerjaan "Pemulihan" keadaan manusia seperti semula. Dalam melaksanakan tugas ini, Yesus hanya melaksanakan sebagian saja. Menurut dasar keselamatan, yaitu harus dengan cara bersetubuh menyalurkan darah ilahi tersebut kepada orang lain. Yesus Kristus, selama di dunia ini tidak menikah, sehingga gagal menyalurkan darah ilahi tersebut. Karena kegagalan itu, maka Yesus mengakhiri hidupNya di Golgota. Moon (pendiri Unification Church) mengatakan, "Jesus failed in His Christly mission. His death on the cross was not an essential part of God’s plan for redeeming sinful man." (Yesus gagal dalam misi kekristenanNya. KematianNya di atas salib bukan bagian penting dari rencana Allah bagi penebusan orang berdosa). Lebih lanjut ia mengatakan, "The ministry of Christ, however, was not a total failure for He did accomplish a "spiritual" salvation at the cross of Calvary, but He failed in achieving a "physical salvation" for mankind." (Pekerjaan Yesus bukan gagal total, karena di Kalvari Ia disalibkan telah melakukan keselamatan bagi "spiritual" manusia, tapi gagal menyelamatkan tubuh jasmani manusia).

Oleh karena kegagalan Yesus Kristus menyelamatkan tubuh manusia, maka pada akhir jaman ini, Allah memilih Sung Myung Moon untuk mengerjakan keselamatan yang belum selesai, yaitu keselamatan tubuh manusia. Cara menyelamatkan tubuh manusia adalah sebagai berikut : Dengan perkawinan Moon dengan istri mudanya yang bernama Hak Ja Han pada tanggal 1 Maret 1960 sebagai "The Marriage of the Lamb" (pernikahan domba). Sejak itu, Moon menetapkan dirinya sebagai "Father of the universe" (bapak universal) dan istrinya sebagai "Mother of the universe" (ibu universal). Melalui hubungan seksual antara ibu dan bapak universal dengan anggotanya, maka mulailah pekerjaan penyaluran darah ilahi tersebut, sehingga dapat "memulihkan" manusia kepada keadaan semula, yaitu menjadi anak-anak Allah. Dengan kata lain, dengan cara bersetubuh, tubuh jasmani manusia diselamatkan ! Dengan demikian, maka lengkaplah keselamatan manusia, yaitu: roh, jiwa, dan tubuh.


CHILDREN OF GOD


Mereka menyamakan kebenaran keselamatan di atas kayu salib dengan hubungan seksual. Allah memberikan Putra TunggalNya untuk menyelamatkan manusia, demikian juga kita harus memberikan pacar/istri untuk digauli asal dapat menarik orang untuk percaya. Arti keselamatan menurut mereka adalah kebebasan dari kutuk pakaian dan rasa malu bertelanjang. Dengan melampiaskan nafsu seksual untuk mencapai penyerahan roh yang total kepada Allah.


THE WAY INTERNASIONAL


Wierwille (pendiri ajaran ini) percaya keselamatan bukan hanya percaya kepada Yesus dan juga dengan bahasa roh. Ia mengatakan, "... the only visible and audible proof that a man has been born again and filled with the gift from the Holy Spirit is always that he speaks in a tongue or tongues". (Bukti nyata dan jelas seseorang dilahirkan kembali dan penuh dengan karunia Roh Kudus, apabila ia selalu berbahasa roh atau berbahasa-bahasa roh). Ia membedakan berdosa dalam roh dan berdosa dalam tubuh dan jiwa. Menurutnya, orang Kristen tidak bisa berbuat dosa dalam roh dan hanya bisa berdosa dalam jiwa dan tubuh saja. Baginya berdosa dalam jiwa dan tubuh bukan masalah, hal tersebut dianggap biasa yang tidak akan mempengaruhi keselamatan itu.




Sumber :
Buku Bidat Kristen dari Masa ke Masa, Pdt. Paulus Daun, M.div., Th. M.